BIMATA.ID, Jakarta — Pengamat Politik dan Pemerintahan Jajat Nurjaman mengatakan munculnya desakan agar Presiden Jokowi segera melakukan reshuffle kabinet dinilai sangat wajar mengingat dalam beberapa waktu kebelakang tidak hanya kegagalan dalam mengendalikan laju peningkatan kasus covid, sejumlah menteri juga kerap membuat gaduh dengan pernyataan asal bunyi (Asbun) sehingga memunculkan sentimen negatif dari publik terkait kemampuannya dalam menangani pandemi covid 19
“Salah satu kendala yang gagal ditangani oleh pemerintahan Jokowi adalah gaya komunikasi yang buruk, baik itu menyangkut informasi langsung dari Istana maupun berbagai pernyataan asbun dari para Menterinya yang menyangkut terkait penanganan pandemi covid-19. Untuk itu sewajarnya munculnya isu desakan reshuffle ini perlu menjadi perhatian khusus dari Presiden untuk dapat mengevaluasi secara menyeluruh jajaran Menterinya agar tidak lagi menyebabkan kegaduhan yang tidak perlu”, tutur Jajat
Jajat menambahkan, kaitan dengan kegagalan menangani pandemi covid ini adalah akibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, hal ini pula diperparah dengan berbagai pernyataan-pernyataan tidak bermutu yang disampaikan oleh pejabat menterinya, sebaliknya kunci dari semua ini adalah kemampuan leadership Jokowi sebagai kepala pemerintahan, jika Jokowi bisa bersikap tegas terhadap para bawahannya tentu kejadian semacam ini tidak terjadi berulang-ulang
“Reshuffle adalah hak prerogatif Presiden yang semestinya bisa dijadikan kunci bagi Jokowi untuk mengevaluasi jajaran kabinet di pemerintahan. Jangan hanya karena hutang budi kepentingan politis semata lantas Presiden mengesampingkan kepentingan yang lebih besar, untuk itu saya kira kedepannya Presiden tidak hanya memperbaiki cara komunikasi para jajaran dibawahnya namun dapat menilai sejauh mana hasil dari kinerja para menterinya secara menyeluruh apakah benar bekerja atau hanya sibuk membuat sensasi dengan pernyataan yang membuat gaduh”, tutup Jajat