BIMATA.ID, GARUT— Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendorong pengembangan produksi kopi wine. Pasar kopi wine sedang bagus di pasar lokal Garut, bahkan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Bandung dan Jakarta.
Kopi wine dinilai memiliki kualitas rasa tersendiri dibandingkan dengan jenis kopi yang diproses biasa. “Permintaan untuk kopi yang diproses dengan proses wine dan natural cukup tinggi,” kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ardhy Firdian.
Ia menuturkan, sejumlah kelompok petani kopi di Garut sudah memiliki kemampuan khusus dalam mengolah kopi. Salah satunya diproses secara wine dari jenis kopi arabika berkualitas yang dipetik di lahan pegunungan Garut.
Hampir seluruh kedai kopi di Garut saat ini sudah menyediakan kopi tersebut. Bahkan, beberapa kedai kopi di kota besar seperti Bandung dan Jakarta juga menyajikan kopi wine.
Menurut Ardhy, mereka yang selama ini menikmati kopi wine itu mengaku rasanya berbeda dengan jenis kopi yang diproses biasa, yakni aroma buah kopi dan tingkat keasamannya lebih kuat.
“Fruity dan acidity-nya lebih kuat dibanding kopi biasa,” katanya.
Kopi wine yang memiliki cita rasa tersendiri itu dijual dengan harga cukup tinggi dibandingkan kopi proses biasa. Wine dalam bentuk green bean seharga Rp160 ribu sampai Rp180 ribu per kg, sedangkan roast bean seharga Rp400 ribu sampai Rp500 ribu per kg.
Selama ini petani kopi baru mampu memproduksi secara terbatas hanya 3 sampai 5 ton setiap bulan per kelompok, atau sekitar 30 sampai dengan 50 ton untuk satu musim yang hanya dilakukan oleh beberapa kelompok tani.
“Ya perkiraan 30 sampai dengan 50 ton untuk satu musim karena hanya beberapa kelompok saja yang menguasai tekniknya,” kata Ardhy.
Proses kopi wine membutuhkan keahlian khusus. Bahkan, proses dari mulai pemilihan biji kopi sampai pengeringan hingga siap seduh kurang lebih sekitar 1,5 bulan.
Produksi kopi wine di Garut, lanjut Ardhy, masih membutuhkan dorongan modal serta sarana dan prasarana untuk bisa memproduksi secara besar-besaran yang nantinya bisa memberikan keuntungan untuk petaninya.
“Kalau untuk permodalan kita arahkan untuk difasilitasi melalui Kredit Usaha Rakyat, sedangkan sarana penunjangnya kita upayakan melalui bangunan pengering,” katanya.
Asosiasi Petani Kopi (APEKI) Kabupaten Garut mencatat saat ini ada 60 kedai kopi tersebar di beberapa tempat kawasan perkotaan maupun pelosok Garut. Menurut Ardhy, bermunculannya kedai kopi di Garut menjadi peluang pasar bagi petani kopi di Kabupaten Garut sehingga kesejahteraannya terus meningkat.
“Kondisi ini merupakan peluang pasar yang sangat menggembirakan bagi para pekebun kopi di Kabupaten Garut, hal ini menandakan bahwa kopi sudah sangat digemari oleh para kaum milenial saat ini,” katanya.
(Bagus)