BeritaRegional

Pakar ITB Nilai Banjir Bisa Diantisipasi Dengan Kolam Retensi Pribadi

BIMATA.ID, Bandung – Pakar perencanaan wilayah dan perdesaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Hadi Nurtjahjo saat ditemui di Sekolah Pascasarjana Unpad, Bandung, Selasa (11/04/2023), menilai banjir di perkotaan padat penduduk seperti Bandung bisa diantisipasi dengan adanya kolam retensi atau penampungan air hujan pribadi di setiap rumah.

Hadi mengatakan, hal ini berfungsi untuk menampung air hujan karena selama banjir disebabkan oleh efek limpasan air hujan, dan di kota besar sangat minim resapan air.

“Jadi kalau kita bisa memaksimalkan air hujan itu diresapkan, efek magnitude banjirnya akan berkurang,” kata Hadi, dikutip dari antaranews, Rabu (12/04/2023).

Baca Juga : Momentum Nuzulul Qur’an 1444 H, Prabowo Sambut Hangat Habib Jafar di Kemhan

Kolam retensi pribadi tersebut, menurut Hadi, bekerja dengan cara menampung sebanyak-banyaknya air hujan yang turun di rumah ke kolam retensi di bawah tanah dengan tujuan tidak langsung dibuang ke sungai atau saluran air luar rumah.

Lanjut Hadi, hal tersebut masih bisa dimanfaatkan dengan disedot lagi ke atas tanah untuk kebutuhan rumah tangga dalam hal flushing atau menyiram toilet, kemudian menyiram tanaman, atau keperluan lainnya selain konsumsi dan kebutuhan tubuh.

“Jadi ini adalah solusi mikro di mana ketika lahan tidak ada untuk perbaikan ekologi lingkungan, artinya infrastruktur yang harus mengatur pengelolaan air agar ketika masuk sungai tidak menyebabkan banjir, artinya volumenya kita atur,” ucapnya.

Walaupun merupakan solusi mikro yang “memanipulasi” debit air hujan dari rumah tinggal ke sungai dengan mengatur tempat parkir airnya dan dimanfaatkan, Hadi melihat ini bisa menjadi langkah solutif jika dilakukan secara masif. 

“Bayangkan efek berkurangnya limpasan air ini, jika di setiap rumah di Kota Bandung melakukan langkah mengatur infrastruktur dengan kolam retensi ini,” ujarnya.

Bahkan, beber dia, banjir tidak akan mungkin terjadi walau datang hujan ekstrim, jika kolam retensi itu berjalan, kemudian resapan di kota berfungsi dengan baik dan daerah hulu memiliki kualitas hutan yang bagus.

“Karena yang selama ini terjadi selain hujan ekstrim, ruang kota jadi padat, infrastruktur drainase buruk, hutan juga rusak,  konsekuensinya banjir. Karenanya harus juga berjalan beriringan pengaturan makro oleh pemerintah dan pengaturan mikro di wilayah kita sendiri,” tuturnya.

Simak Juga : Habib Jafar Bertemu Prabowo, Soroti Nasionalisme Anak Muda

Wilayah perkotaan di Indonesia, bahkan termasuk Bandung dan sekitarnya, belakangan ini sering banjir cukup luas, Terakhir banjir terjadi pada Rabu (22/3) hingga Kamis (23/3) lalu di Kabupaten Bandung.

Banjir menggenangi tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Soreang, Kecamatan Kutawaringin, Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Ibun, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Majalaya dan Kecamatan Baleendah, yang disebabkan meluapnya anak sungai Citarum yakni Sungai Ciwidey di beberapa titik.

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close