BIMATA.ID, Jakarta – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menuturkan, laporan penyelidikan terkait tewasnya enam laskar Front Pembela Islam (FPI) sangat lengkap dan detail. Laporan ini menjadi modal awal untuk melakukan penegakan hukum.
“Ini laporannya cukup detail. Kami berharap memang dengan laporan yang cukup detail ini menambah terangnya peristiwa. Jadi memudahkan untuk bagaimana pelaksanaan rekomendasi dan sebagai modalitas awal untuk melakukan penegakkan hukum,” tutur Ketua Tim Penyelidikan Komisioner Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam, dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam RI, Jakarta, Kamis (14/1/2021).
Hadir dalam konferensi pers tersebut Menko Polhukam RI, Mahfud MD, Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik bersama lima Anggota Komnas HAM lainnya. Konferensi pers ini dilakukan usai Komnas HAM menyerahkan laporan hasil penyelidikan ke Presiden RI, Jokowi.
Laporan yang diberikan ke Presiden RI itu setebal 103 halaman dengan disertai lampiran bukti-bukti dan flashdisk yang berisi beberapa dokumen penunjang laporan.
“Kita berharap agar kasus ini segera bisa diselesaikan. Kita dapat belajar banyak dari kasus ini, bahwa atas nama apa pun, oleh siapa pun, kekerasan di negeri ini tidak boleh terjadi. Dan setiap upaya oleh siapa pun yang juga melakukan kekerasan ya harus kita cegah, harus kita hindari,” imbuh Anam.
Sementara, Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik menyebut, tewasnya enam laskar FPI pada tanggal 7 Desember 2020 sebagai rangkaian panjang politik kekerasan. Model politik seperti ini sudah lama terjadi dan telah membayang-bayangi proses demokrasi di Tanah Air.
“Mudah-mudahan peristiwa-peristiwa kekerasan seperti ini tidak berulang lagi, sehingga kita sebagai suatu bangsa yang sangat plural sangat beragam bisa menikmati demokrasi kita dengan aman dan damai. Siapa pun yang kemudian nanti dalam kontestasi politik, biasa ada yang hari ini menang, besok mungkin yang lain lagi. Mari kita hentikan praktik-praktik kekerasan, sehingga kita kemudian bisa membangun bangsa kita dengan lebih maju, lebih berkembang dari semua dimensi, sosial ekonomi, politik, dan budaya kita,” ucap Taufan.
[MBN]