BeritaNasionalPolitik

Isteri Capres Ganjar Serap Aspirasi Penyandang Disabilitas

BIMATA.ID JAKARTA  Masih banyak penyandang disabilitas di Indonesia yang belum memperoleh kesetaraan dalam aspek pendidikan maupun dalam dunia pekerjaan.

Hal ini disadari oleh istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti. Wanita yang dinobatkan sebagai Bunda Asuh Difabel di Jakarta itu mengatakan dirinya akan menyerap aspirasi disabilitas untuk mendukung kesetaraan.

“Saya kebetulan dinobatkan sebagai bunda asuh difabel yang ada di Jakarta, tetapi saya akan menyamai perhatian ke teman-teman semua, menyerap aspirasi dan berjuang bersama-sama agar mendapatkan kesetaraan,” kata Siti dikutip dalam siaran persnya (29/01/2024)

Di hadapan ratusan simpatisan PDIP dan penyandang disabilitas, Siti mengatakan bahwa paslon Ganjar-Mahfud MD akan memperjuangkan kesetaraan tersebut, jika terpilih di pemilihan presiden atau Pilpres 2024.

Dia memaparkan bahwa dunia kerja disabilitas belum sepenuhnya mudah diakses. Secara undang-undang, penyandang disabilitas memiliki kuota dua persen. Sayangnya, kondisi di lapangan tidak seperti itu.

“Dan ketika sudah bekerja pun mereka tidak dipekerjakan setara, hanya semacam untuk formalitas bahwa perusahaan sudah menerima teman-teman difabel. Ini tentu perlu ada pendampingan, perlu ada orang yang mensupport itu, perlu ada yang menemani sekaligus bisa menjembatani teman-teman semua,” kata Siti Atikoh.

Soroti Dunia Pendidikan bagi Disabilitas

Dalam kesempatan safari politiknya itu, Siti Atikoh juga membahas soal nasib penyandang disabilitas di sektor pendidikan. Menurutnya, para difabel memiliki hak yang sama di sektor pendidikan.

“Teman-teman difabel itu memiliki hak yang sama terkait akses pendidikan. Di program Ganjar-Mahfud ini, ada (program) Satu Keluarga Satu Sarjana. Dan apabila teman-teman difabel memiliki kapasitas untuk mengakses pendidikan di perguruan tinggi ini pasti akan terbuka”, jelasnya

“Sehingga dibutuhkan sekali energi kemudian semangat dari teman-teman agar kita setara dalam pendidikan,” ucap Siti Atikoh.

Lulusan S2 University of Tokyo ini juga menyampaikan bahwa di setiap institusi pendidikan atau sekolah umum perlu disiapkan infrastruktur penunjang yang ramah disabilitas.

“Terkadang mengatakan bahwa sekolah itu inklusi tapi environment (lingkungan) kurang support. Misalnya teman-temannya itu ternyata tidak paham atau kurang bisa memiliki empati,” jelas Siti Atikoh.

(W2)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close