BeritaEkonomiPertanianRegional

Ravindra Dukung Petani Bogor Berorientasi Ekspor

BIMATA.ID, Bogor – Anggota Komisi IV DPR RI Ravindra Airlangga menghadiri kegiatan Bimbingan Teknis (bimtek) seputar pertanian dan perkebunan digelar di tiga lokasi berbeda antara lain Dramaga, Ciampea dan Cibungbulang Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu. Bimtek tersebut diikuti oleh ratusan petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang didominasi kelompok milenial.

“Saya hadir di tengah-tengah para petani dan UMKM ini sudah sejak lama, mereka meminta agar produksi pertanian dan UMKM yang selama ini berjalan lebih meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Ke depan para petani perlu berorientasi ekspor. Salah satu caranya adalah berubah dari petani tradisional menjadi petani modern yang melek teknologi,” kata Revindra dalam keterangannya kepada media, di Jakarta, Senin (2/10).

Baca Juga : Partai Gerindra dan Demokrat Lampung Siap Menangkan Prabowo Subianto

Melihat keunggulan komparatif di bidang pertanian dan perkebunan Kota Bogor, ia pun mendorong petani Bogor untuk lebih serius berorientasi ekspor. Bogor dinilai memiliki potensi perkebunan yang sangat besar. Pada Badan Pusat Statistik menunjukkan data komoditas perkebunan dan pertanian (buntan) Kabupaten Bogor antara lain yakni kopi, kakao, teh, tanaman hias, juga produk pertanian lainnya.

Pada Tahun 2022, total produksi buntan mencapai sekitar 7 juta ton secara keseluruhan. Angka tersebut pun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu produksi perkebunan unggulan Bogor, lanjutnya, adalah kopi jenis robusta. Tahun 2021, sebanyak 4 ribu ton biji kopi diproduksi dari daerah ini.

“Bogor sangat penting karena merupakan penyangga utama Jabodetabek. Banyak pangan dan bahan baku industri makanan yang disuplai oleh Kabupaten Bogor. Sehingga Bogor memiliki keunggulan komparatif di bidang pertanian dan perkebunan,” ujar Politisi Fraksi Partai Golkar itu.

Ravindra mengingatkan bahwa Indonesia pernah menjadi produsen tebu terbesar di dunia pada tahun 1930 an. Hal itu terjadi salah satunya karena penggunaan bibit yang sesuai, yakni bibit POJ 878. Dengan bibit itu, produksi tebu bisa mencapai 12 ton per hektar. Namun saat ini hanya sekitar 5 ton per hektar, ada penurunan produktivitas lebih dari 50 persen.

Simak Juga : Prabowo Gerak Bareng Anak Muda Melalui Ajang Millenial Fest 08

Agar pertanian dan perkebunan bisa meningkatkan produksi, ada tiga hal menurut Ravindra yang bisa dilakukan. Pertama, melakukan cost maintenance. Biaya harus bisa dijaga, namun hasil tetap bisa optimal. Salah satu solusinya, menurut Ravindra, adalah menggunakan bibit bersertifikat.

Penggunaan bibit unggul dan bersertifikat, menurut kajian Ravindra, bisa meningkatkan produksi sekitar 30 persen lebih banyak dari penggunaan bibit non-unggulan. “Dengan usaha yang sama, produktivitasnya lebih tinggi,” jelasnya.

Kedua, mengetahui waktu atau jadwal tanam dan pemupukan. Selain itu juga penting untuk memastikan irigasi yang teratur. Ketiga adalah perlunya perhatian khusus pada peremajaan. Produktivitas tanaman lama-lama menurun. Karena itu perlu proses peremajaan tanaman dan bibit.

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close