BeritaPertanianRegional

Diklaten Petani Manfaatkan Bendung Bagor Guna Cegah Kekeringan

BIMATA.ID, KLATEN – Sejumlah petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng) memilih untuk memanfaatkan air dari saluran irigasi di Bendung Bagor guna mengantisipasi kekeringan yang mulai melanda akibat kemarau.

Agus Riyono salah satu anggota Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A), Desa Bulurejo mengatakan, pada saat ini sekitar 90 persen area sawah di desanya sudah teraliri air dari saluran irigasi Bendung Bagor.

“Sebelumnya hanya 15 persen yang teraliri. Untuk memanfaatkan keberadaan Bendung Bagor ini kami didampingi oleh Aqua dan Gita Pertiwi,” ungkap salah satu anggota Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Desa Bulurejo, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Agus Riyono di Klaten, Selasa, (05/09/2023).

Baca juga: Golkar: Cawapres Prabowo Akan Diputuskan Bersama Koalisi

Menurutnya, dengan asupan air irigasi yang cukup ke semua persawahan, kelembaban tanah bisa terjaga dan tanaman menjadi lebih subur.

Diketahui, Bendung Bagor yang dibangun pada tahun 1954 ini masih berfungsi baik untuk mengaliri irigasi sawah petani di hilir.

Terkait hal itu, Ketua Forum Relawan Irigasi (FRI) Sumartono mengatakan awalnya banyak petani di wilayah hilir Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur yang tidak kebagian air, karena sebagian petani seenaknya menutup dan membuka saluran air yang ada di Bendung Bagor.

Lihat juga: Survei CPCS: Prabowo Vs Ganjar Sengit, Anies Melorot, Cak Imin Paling Parah

Menyikapi hal itu, FRI membantu pengaturan air dari Bendung Bagor agar terbagi merata ke semua lahan pertanian yang ada di Kecamatan Juwiring.

Sekedar informasi, pembentukan FRI dilegalisasi melalui peraturan bersama, yakni Perkades tujuh desa meliputi Desa Pundungan, Juwiring, Bulurejo, Kwarasan, Kaniban, Tanjung, dan Bolopleret untuk mengelola saluran irigasi secara kolaboratif.

“Dalam Perkades bersama itu dituangkan banyak hal, salah satunya agar setiap desa menerima hak masing-masing dalam pengelolaan saluran irigasi, termasuk melakukan pembersihan sedimen dan sampah di saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier. Ini untuk memastikan air dapat terdistribusi dengan baik hingga ke hilir yang memiliki panjang 3,6 kilometer,” jelasnya.

Simak juga: Atasi Kekeringan di Pulau Moa, Prabowo: Jangan Bahas Politik, Sekarang Kita Bicara Air

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close