BeritaPeristiwaPolitikUmum

Survei CPCS: Prabowo Vs Ganjar Sengit, Anies Melorot, Cak Imin Paling Parah

BIMATA.ID, JAKARTA – Persaingan memperebutkan posisi unggul masih berlanjut antara dua bakal capres, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Temuan survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan Prabowo unggul dengan elektabilitas 27,7 persen, disusul Ganjar sebesar 25,3 persen.

Peringkat ketiga tetap diduduki oleh Anies Baswedan yang elektabilitasnya terus menurun sejak awal 2023, dan kini tersisa 13,5 persen. Sementara itu Muhaimin Iskandar yang digandeng sebagai cawapres Anies berada pada posisi paling bawah dengan elektabilitas 0,3 persen.

BACA JUGA: Prabowo Disambut Salam Kalwedo Anak-anak Pulau Moa

“Prabowo dan Ganjar terus bersaing di papan atas bursa capres, sementara Anies melorot dan Cak Imin setia di posisi paling bawah,” ungkap peneliti senior CPCS Hatta Binhudi dalam press release di Jakarta pada Senin (4/9).

Menurut Hatta, dominasi Prabowo dan Ganjar dalam pertarungan menuju Pilpres 2024 hampir tak terbantahkan lagi. “Meskipun sempat melorot usai kehebohan Piala Dunia U20, elektabilitas Ganjar mulai rebound kembali ke posisi pada awal tahun,” lanjut Hatta. Sedangkan Prabowo yang menyalip Ganjar pada survei April 2023 terus melanjutkan kenaikan elektabilitas.

“Prabowo bahkan berhasil merangkul partai-partai besar di Senayan, khususnya dari elemen Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yaitu Golkar dan PAN,” jelas Hatta.

BACA JUGA: Terganjal Hubungan SBY-Mega, Pengamat: Demokrat Condong ke Prabowo

Ganjar hanya diusung oleh PDIP dan PPP, sedangkan sisanya partai-partai non-parlemen seperti Hanura dan Perindo. PKB yang sebelumnya bersama Gerindra membentuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) kini bergabung dengan Nasdem untuk mengusung Anies.

Peristiwa menarik terjadi di kubu Koalisi Perubahan, setelah Demokrat memutuskan menarik diri karena protes atas masuknya PKB. Tidak hanya itu, Anies-Cak Imin langsung dideklarasikan sebagai capres-cawapres, yang berarti menggagalkan tekad mengusung AHY menjad cawapres.

“Setelah deklarasi pada 2022 lalu, elektabilitas Anies tidak lagi bergerak naik bahkan kemudian terus melorot,” Hatta menjelaskan. Partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan tidak kunjung menyepakati nama cawapres yang bakal mendampingi Anies.

BACA JUGA: Prabowo Dihadang Ibu-ibu Persit, Diminta Bernyanyi Lagu O Ulate

Demokrat terus mendesak agar cawapres Anies segera ditentukan untuk menahan laju turunnya elektabilitas figur capres pengusung perubahan tersebut. Tetapi belakangan muncul nama Cak Imin menggantikan usulan AHY yang digadang-gadang oleh Demokrat.

“Kubu Anies tampaknya tidak ingin menghendaki persoalan cawapres ini berlarut-larut hingga menggerus elektabilitas,” terang Hatta.

Figur Cak Imin juga dipilih mengingat Anies dirasa lemah basis dukungannya di Jawa Timur yang merupakan basis Nahdlatul Ulama (NU). Namun apakah memasangkan Cak Imin bisa mengungkit kembali dukungan terhadap Anies? Jika dilihat, elektabilitas Cak Imin selalu di posisi buncit dan tak pernah bergerak menembus 1 persen. Sebaliknya, elektabilitas AHY cenderung stabil dan kini sebesar 4,0 persen.

BACA JUGA: Momen Prabowo Bermain Air Bersama Anak-anak di Pulau Moa

Dengan dideklarasikannya Anies-Cak Imin, setidaknya bisa terbentuk tiga pasangan capres-cawapres, yang dikuasai oleh tiga besar capres. Tidak menutup kemungkinan sampai empat pasangan, jika terjadi dinamika lanjutan menjelang pendaftaran ke KPU pada Oktober nanti.

Di luar tiga besar, selain AHY, ada pula nama-nama seperti Puan Maharani (4,3 persen), Ridwan Kamil (4,2 persen), Erick Thohir (3,4 persen), dan Sandiaga Uno (3,3 persen. Erick dan Sandi masuk dalam radar cawapres untuk Prabowo dan Ganjar.

Selain itu masih ada nama-nama seperti putera sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka (1,7 persen), Khofifah Indar Parawansa (1,5 persen), dan Airlangga Hartarto (1,1 persen), Lalu ada Andika Perkasa (0,8 persen), Mahfud MD (0,7 persen), dan Yenny Wahid (0,5 persen). Nama-nama lain memiliki elektabilitas yang sangat kecil, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 7,7 persen.

“Dinamika politik masih sangat cair di tengah waktu yang tersisa dua bulan menuju pendaftaran capres-cawapres,” pungkas Hatta.

BACA JUGA: Atasi Kekeringan di Pulau Moa, Prabowo: Jangan Bahas Politik, Sekarang Kita Bicara Air

Survei CPCS dilakukan pada 21-27 Agustus 2023, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close