BeritaRegional

HKTI Banjarnegara: Harga Produk Pertanian Turun Karena Daya Serap Berkurang

BIMATA.ID, JAKARTA– Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Banjarnegara, Jawa Tengah H Sutedjo Slamet Utomo SH, MHum menyampaikan turunnya harga sejumlah hasil pertanian di Banjarnegara dipicu karena melemahnya daya beli masyarakat. Penurunan mencolok didominasi sayuran kol dan wortel, disusul singkong dan padi.

“Kami sebenarnya sudah memberi masukan kepada pemerintah setempat terkait hal ini. Dan HKTI berusaha melakukan bazar sayuran belum lama ini,” kata H Sutedjo Slamet Utomo.

Kegiatan bazar yang bekerja sama dengan Kantor Indagkop Banjarnegara mendapat respon positif dari berbagai kalangan sehingga kegiatan borong sayuran dapat mengurangi kesedihan petani. walaupun prosentasenya masih sangat kecil. Namun setidaknya mampu mendongkrak harga sayuran.

Belakangan yang cukup santer menurunya harga singkong dan padi. “Kami memang sudah mendapat masukan terkait penurunan dua komoditas pertanian Banjarnegara. Terus terang kami sebagai mitra dari petani sangat prihatin atas situasi sekarang ini,” ungkap Sutedjo.

Terkait sayuran misalnya, HKTI sudah mencoba melakukan pendekatan dengan pemerintah setempat. Harapannya, pemerintah dapat memberikan subsidi terhadap petani.

“Pemkab diharapkan dapat mengalokasikan dana untuk membeli sayuran yang harganya jatuh. Kemudian Pemkab meminta PNS untuk membeli. Langkah ini sangat berpengaruh terhadap harga di tingkat petani. Sayangnya hanya dilakukan beberapa kali saja,” kata H Sutedjo yang juga sebagai Ketua Baznas Kabupaten Banjarnegara.

Penurunan harga singkong dan padi, lanjut Sutedjo karena dipicu Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

“Kalau diurai memang sangat kompleks. Sama penyebabnya karena daya beli yang rendah dan muaranya ke Covid-19,” katanya.

“Kami sudah menelaah, bahwa Covid-19 membuat berbagi sektor perekonomian terpengaruh. Misal perhotelan, wisata, restoran/kuliner banyak yang tutup. Otomatis daya serap bahan olahan menurun dan secara berantai sampai ke produsen (petani),” imbuhnya.

Hingga Kamis (22/10/2020) harga singkong di tingkat petani kembali turun dari Rp 570/kg pada sepekan sebelumnya menjadi Rp 530/kg.

Penurunan ini dipicu lantaran sudah mulai turun hujan, sehingga kwalitas singkong Banjarnegara kurang baik kandungan tapiokanya. Sementara pabrik tapioka yang terdekat masih tutup. Sehingga para pemilik pangkalan menjual singkongnya ke daerah lain yang jaraknya cukup jauh yakni ke Wonogiri.

 

(Bagus)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close