BIMATA.ID, Jakarta – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie menilai, banyak partai politik (Parpol) yang muncul pada perjalanan reformasi, justru akhirnya terjebak oligarki dan politik dinasti.
“Ada problem internal di dalam partai-partai, partai yang lahir di era reformasi,” tuturnya, dalam diskusi daring, Minggu (23/8/2020)
Jimly menjelaskan, sebenarnya reformasi itu merupakan upaya untuk membalikkan keadaan yang kecenderungannya negatif supaya kembali baik, seperti Orde Lama dikoreksi Orde Baru, kemudian Orde Baru dikoreksi Reformasi setelah 32 berjalan.
Memasuki perjalanan reformasi, muncul partai-partai yang mengusung ‘democracy of law’, namun praktiknya justru berbeda. Kebanyakan partai yang masih saja dipimpin oleh tokoh-tokoh tua sehingga mengalami gerontokrasi.
Jimly mengaku khawatir, kecenderungan pergantian kepemimpinan di Parpol akan semakin panjang. Kendati banyak tokoh muda yang sekarang ini ditunjuk menjadi Menteri, Tapi pada dasarnya Parpol yang dipimpin golongan tua yang menentukan.
“Sementara, partai mengalami gerontokrasi dan di dalam dirinya berubah menjadi dinasti-dinasti politik. Muncul keluarga-keluarga tertentu menjadi oligarki-oligarki politik yang berkolaborasi karena makin mahalnya demokrasi,” tandasnya.
Oleh karena itu, Jimly mengajak seluruh masyarakat untuk tidak berpikir pragmatis, tetapi berperan memajukan bangsa melalui berbagai ide dan impian untuk Indonesia yang lebih baik.
“Kalau kita biarkan dengan sikap pragmatis, kita biarkan yang terjadi sekarang. Semua orang semangatnya hanya mengambil, rebutan jabatan mana yang bisa diambil, menjadi mediaker, generasi pengambil, generasi peminta-minta, generasi penerima. Tidak menjadi pemberi dan penyumbang kemajuan peradaban bangsa,” ucapnya.
[MBN]