BeritaEkonomiEnergiNasionalRegional

PLN Diprediksi Rugi Rp 7 Triliun

BIMATA.ID, JAKARTA- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) diprediksi mengalami kerugian sebesar Rp7 triliun di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa Mulyana menuturkan sebelum terjadi wabah Covid19, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan dikisaran 5 persen. Dengan demikian, apabila angka elastisitasnya terhadap kebutuhan energi  pertumbuhannya bisa mencapai r 5 persen, termasuk untuk energi listrik.

Namun ternyata situasi dan kondisi elastisitasnya tidak sama dengan satu tetapi lebih rendah karena faktanya beberapa tahun ke belakang walau Pemerintah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dikisaran 5 persen ternyata kebutuhan listriknya lebih rendah dan bahkan hanya dikisaran 3 persen.

“Kejadian ini saja tidak logis. Ditambah lagi Sekarang timbul wabah Covid19 artinya otomatis pertumbuhan kebutuhan energi listrik akan semakain rendah, andai kata pertumbuhan ekonomi minus otomatis pertumbuhan energi listrikpun akan minus,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Kebijakan pemerintah stimulus listrik untuk pelanggan 450 VA dan potongan 50 persen bagi pelanggan 900 VA semakin meningkatkan kerugian yang membebani PLN.

“Angka pasti saya belum punya hitungannya tetapi menurut saya kerugian bisa lebih dari Rp7 triliun,” ucap Iwa.

Pendapatan PLN terbesar dari penjualan listrik. Namun, dengan situasi dilakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka otomatis akan semakin rendah konsumsi listrik yang tentunya berdampak pada keuangan PLN.

“Yang sangat terkena dampaknya memang lebih besar di sistem Jawa-Madura-Bali karena industri, komersial/bisnis dan lain-lainnya. Prosentasenya terbesar dibandingkan dengan wilayah lainnya,” katanya.

Menurutnya, yang bisa mengurangi yakni dengan pembelian harga minyak dan gas yg saat ini harga pasaran dunia turun cukup tajam sehingga pengeluaran PLN untuk pembangkit berbahan bakar minyak dan gas ini akan berkurang.

“Di sini peran pemerintah sangat penting untuk menjaga kesehatan keuangan PLN tetapi sayangnya Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan BUMN tidak akan membantu masalah keuangan yang ada di PLN dan Pertamina,” tutur Iwa.

Sebelumnya, Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan pandemi Virus Corona (Covid-19) saat ini berdampak pada power utility yakni dari sisi penjualan kilo watt hour (KWh).

Permintaan listrik yang lebih rendah ini karena pembatasan perkantoran, bisnis, industri komersial dan manufaktur.

“Hal ini terlihat sangat jelas dari kondisi sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi yang mengalami penurunan,” ujarnya.

Sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali selama beberapa minggu terakhir terus mengalami penurunan permintan. Penurunan sistem Jawa-Bali pada pekan kedua April tahun ini sebesar -9,55 persen dari periode yang sama tahun lalu.

“Itu tergambar ditempat yang lain diskala yang berbeda,” katanya.

Zulkifli menuturkan sistem energi di Kalimantan Barat pada pekan kedua April menurun 1,81 GWh (Giga Watt Hour) atau sebesar 3,97 persen dari periode yang sama tahun 2009. Penurunan sistem kelistrikan di Kalimantan Barat ini baru terjadi di minggu kedua April. Pada akhir Maret hingga awal April, di sistem kelistrikan Kalimantan mengalami kenaikan sebesar 5,82 persen atau sebesar 2,53 GWh.

“Di Kalbar ini minggu terakhir saja yang mulai mengalami penurunan,” ucapnya.

Penurunan juga terjadi sistem Sulawesi bagian Selatan dimana menurun pada pekan kedua April sebesar 3,16 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Untuk di wilayah Kalimantan Selatan-Tengah-Timur (KalSelTengTim) interkoneksi juga mengalami penurunan permintaan pada pekan kedua April di mana terjadi kenaikan 2,29 persen atau sebesar 3,49 GWh dari periode yang sama tahun lalu.

Meski tak mengalami minus pertumbuhannya, namun tren sistem kelistrikan di wilayah ini menunjukkan tren penurunan pertumbuhan dari sejak pekan kedua Maret di mana kenaikan penggunaan listrik 18,23 persen atau sebesar 26,12 GWh.

Sistem wilayah Sulawesi bagian utara, lanjut Zulkifli, tak mengalami pertumbuhan yang minus meski terjadi penurunan pertumbuhan sejak 9 Maret hingga 11 April tahun ini.

Pada pekan kedua Maret, di sistem Sulawesi bagian Utara mengalami pertumbuhan sebesar 8,14 persen. Lalu menurun menjadi hanya tumbuh 0,61 persen di minggu kedua April bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan minus juga terjadi di sistem kelistrikan Sumatera di mana pada pekan kedua April turun sebesar 2,08 persen dari periode yang sama tahun lalu. Padahal pada pekan pertama April, masih ada kenaikan pertumbuhan sebesar 4,87 persen dari periode yang sama tahun lalu.

 

 

Sumber :ekonomi.bisnis.com

Editor :ZBP

Tags

Related Articles

Bimata
Close