BIMATA.ID, Jakarta – Wakil Ketua Komisi I DPR, Budisatrio Djiwandono, menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia dengan BRICS bukanlah langkah untuk menentang blok ekonomi Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Ia menjelaskan bahwa keputusan ini lebih mencerminkan penerapan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
“Keanggotaan Indonesia di BRICS tidak bertujuan untuk konfrontasi. Seperti yang sering disampaikan Presiden Prabowo, ‘1.000 teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak,’” kata Budisatrio, yang menggarisbawahi pentingnya semangat kerjasama internasional.
Baca Juga: Presiden Prabowo Pantau Kerja Sama Investasi 1 Juta Rumah dengan Qatar
Budisatrio juga menekankan bahwa Indonesia secara aktif terlibat dalam berbagai forum internasional seperti OECD, APEC, G-20, dan OKI. Komitmen ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memperjuangkan kepentingan nasional, tetapi juga mendorong tatanan global yang lebih adil dan inklusif. Ia menambahkan bahwa meskipun tujuan Indonesia adalah untuk menciptakan dunia yang lebih baik, fokus utama tetap pada peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Menurut Budisatrio, menjadi anggota penuh BRICS memberikan peluang untuk memajukan tatanan global yang lebih berkelanjutan, terutama di tengah perubahan geopolitik yang semakin berfokus pada kepentingan domestik negara-negara besar. Ia juga mengapresiasi kebijakan pemerintah yang menjalankan politik luar negeri bebas aktif, serta pentingnya hubungan internasional yang saling menguntungkan. Hal ini sejalan dengan sikap Fraksi Gerindra yang mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat kerjasama internasional.
Lebih lanjut, Budisatrio menilai bahwa Indonesia dapat memanfaatkan keanggotaan di BRICS untuk memperjuangkan isu-isu penting di kancah global, seperti kemerdekaan Palestina. Ia mengungkapkan bahwa BRICS merupakan platform yang efektif bagi Indonesia untuk menyuarakan pendapatnya dalam isu-isu yang menjadi prioritas nasional. “BRICS akan menjadi wadah yang tepat untuk terus mengusung isu Palestina,” katanya, merujuk pada pesan dari Menteri Luar Negeri Sugiono.
Indonesia, menurut Budisatrio, semakin diperhitungkan di dunia internasional berkat pertumbuhan ekonominya yang signifikan. Dengan posisi strategis yang dimiliki, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan pengaruh diplomatiknya untuk memperjuangkan isu-isu global yang penting, seperti kemerdekaan Palestina. “Kami harus memanfaatkan pengaruh diplomatik Indonesia untuk mengangkat isu-isu besar, termasuk sesuai dengan amanat konstitusi kita,” tandasnya.
Simak Juga: PM Jepang Shigeru Ishiba Akan Berkunjung ke Indonesia, Bertemu Presiden Prabowo di Istana Bogor