BIMATA.ID, Jakarta- Kesehatan jantung menjadi salah satu isu kesehatan utama di Indonesia, dengan prevalensi tinggi dan dampak signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, pola makan tidak seimbang, hipertensi, obesitas, diabetes melitus dan kurangnya aktivitas fisik menjadi kontributor utama tingginya angka penyakit jantung koroner.
Selain itu, kondisi lingkungan yang buruk, seperti polusi udara dan kebisingan lalu lintas, juga berperan penting dalam meningkatnya risiko penyakit jantung.
BACA JUGA: Dukung Program Presiden Prabowo, PT Semen Indonesia Siap Kolaborasi Bareng Pemerintah
Paparan zat berbahaya dari polusi udara dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu masalah kardiovaskular. Suara bising juga dapat mengganggu kualitas tidur, meningkatkan hormon stres, dan menyebabkan hipertensi, yang pada akhirnya memperbesar risiko penyakit kardiovaskular. Laporan menunjukkan bahwa 50% pasien penyakit jantung koroner berpotensi mengalami serangan jantung atau henti jantung mendadak.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit kardiovaskular mencapai 1.5% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018), meningkat dari 0.5% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan kematian 41 juta orang setiap tahun, setara dengan 74% dari total kematian secara global, dimana penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama dengan 17,9 juta kematian per tahun. Di Indonesia , angka kematian akibat penyakit ini juga sangat tinggi, mencapai 651,458 orang per tahunnya.
Menurut laporan Kermenterian Kesehatan pada tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah pembiayaan untuk penyakit katastropik mencapai Rp34,8 triliun. Penyakit kardiovaskular (jantung dan stroke) mencatat pembiayaan tertinggi, yakni Rp22,8 triliun, dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Tren penyakit jantung akhir-akhir ini menunjukkan perubahan mengkhawatirkan, karena semakin banyak menyerang usia produktif dan menjadi ancaman serius di tempat kerja. Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menunjukkan peningkatan kasus serangan jantung pada usia di bawah 40 tahun. Sejak tahun 2000, prevalensi serangan jantung pada kelompok usia ini meningkat sebesar 2% setiap tahunnya.
BACA JUGA: Prabowo: Kepolisian Harus Selalu Berpihak dan Bela Kepentingan Rakyat
Polusi Udara dan Risiko Penyakit Jantung
Selain gaya hidup dan pola makan tak sehat, kondisi lingkungan yang buruk ternyata juga berkontribusi meningkatkan risiko penyakit jantung. Studi dari University of Washington menunjukkan bahwa paparan partikel kecil seperti PM2.5 dalam polusi udara dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berkaitan dengan masalah kardiovaskular.
Riset lain dari US Environmental Protection Agency (EPA) juga mengungkapkan bahwa paparan jangka panjang terhadap PM2.5 dapat memicu penyakit kardiovaskular dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Masalahnya, kualitas udara sebagian besar tetap buruk. Di Indonesia, Kota Jakarta menjadi salah satu kota di dunia dengan kualitas udara terburuk. Data dari IQAir menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5 di Jakarta sering kali melebihi ambang batas aman yang direkomendasikan WHO. Hal ini menjadi persoalan serius bagi mereka yang tinggal dan bekerja di kota tersebut, karena berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan jantung akibat polusi udara.
Kebisingan Lalu Lintas dan Beban terhadap Jantung
Selain polusi udara, kebisingan lalu lintas juga memberikan beban pada jantung dan mengancam kesehatannya. Kebisingan ini berasal dari lalu lintas jalan raya, kereta api, dan pesawat terbang.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan kebisingan akut dapat menyebabkan gangguan tidur, peningkatan kadar hormon stres, hipertensi, dan peradangan, yang berujung pada peningkatan risiko kardiovaskular.
Menurut perhitungan yang dilakukan oleh kelompok ahli yang ditugaskan oleh WHO setiap peningkatan 10dB dari 53 dB dapat meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik sebesar 8%.
Di Jakarta, tingkat kebisingan jalan bisa mencapai 85-90 desibel, jauh melebihi batas aman WHO yang hanya 70 desibel. Kebisingan tinggi ini disebabkan oleh tingkat kemacetan yang sangat parah. Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan lalu lintas terpadat di dunia.
Data dari TomTom Traffic Index 2023 menyebutkan, kota ini menempati peringkat ke-30 sebagai kota dengan kemacetan tertinggi di dunia. Rata-rata, pengemudi di Jakarta membutuhkan waktu 23 menit 20 detik untuk menempuh jarak hanya 10 km.
Kondisi ini menyebabkan paparan polusi udara yang berkepanjangan dan meningkatkan stres, keduanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Dengan meningkatnya angka hipertensi dan penyakit jantung, penting bagi masyarakat usia produktif untuk segera mengambil langkah pencegahan.
BACA JUGA: Prabowo Perintahkan Kepolisian Laksanakan Pengamanan Nataru dengan Baik
Menerapkan Gaya Hidup Sehat
Konsumsi makanan sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan rendah garam. Manfaatkan waktu di luar ruangan di area dengan kualitas udara lebih baik, seperti taman kota. Selain pola makan, berolahraga teratur 30-40 menit sehari, lima hari seminggu juga penting untuk menurunkan tekanan darah dan mengontrol hipertensi.
Latihan kardio sangat baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, karena dapat meningkatkan penyerapan oksigen oleh sel-sel tubuh dan membakar lemak tidak sehat, mengurangi jumlah lemak trans dan lemak jenuh. Hasilnya, tekanan darah dan beban jantung berkurang, memungkinkan jantung memompa darah dengan laju yang optimal atau normal.
Cek Tekanan Darah dan Irama Jantung Secara Teratur
Pemantauan kesehatan jantung secara mandiri, seperti mengukur tekanan darah, memeriksa EKG, dan mendeteksi fibrilasi atrium (AFib) atau gangguan irama jantung, sangat penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular.
Pengukuran ini memberikan wawasan kepada individu mengenai kondisi kesehatan mereka dan menyediakan data berharga bagi dokter untuk membuat keputusan tepat terkait pengobatan dan pencegahan.
Melalui inovasi produknya, OMRON berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan jantung dengan membantu lebih banyak orang untuk memantau kesehatan mereka dengan lebih mudah dan akurat.
Salah satu perangkat dirancang dengan semangat itu adalah OMRON Complete, yang menggabungkan fungsi pemantauan tekanan darah (BP) dan elektrokardiogram (EKG) untuk mendeteksi irama jantung. OMRON Complete dapat terhubung ke aplikasi OMRON Connect melalui Bluetooth, memungkinkan pengguna dapat menyimpan dan berbagi data dengan dokter mereka.