Bimata

Danau Toba Terancam Status UNESCO, Nuroji : Perlu Evaluasi Mendalam

BIMATA.ID, Jakarta – UNESCO Global Geoparks (UGGp) telah memberikan peringatan kepada Danau Toba dengan memberikan ‘kartu kuning’ sebagai tanda peringatan. Alasannya adalah UGGp merasa bahwa para pemangku kepentingan yang mengelola Danau Toba telah gagal memenuhi komitmen mereka untuk mengoptimalkan potensi destinasi super prioritas ini. Anggota Komisi X, Nuroji, menekankan pentingnya peristiwa ini menjadi pelajaran berharga, dan oleh karena itu, evaluasi menyeluruh harus segera dilakukan.

Hal ini disampaikan Nuroji dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi X yang dihadiri oleh Badan Utama Pelaksana Otorita Danau Toba, Sekretaris Kemenparekraf/Sekretaris Utama Baparekraf, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek, dan Kepala Geopark Danau Toba, di Gedung Nusantara I, Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca Juga : Anak Buah Prabowo: Revolusi Putih Bukan Sekedar Janji, Sudah Dilakukan Sejak 2009

Sebagai seorang politisi dari Fraksi Partai Gerindra, Nuroji sepakat dengan pernyataan UGGp yang berisi tujuh argumen yang menjadi dasar pemberian ‘kartu kuning’ kepada Danau Toba. Ia meminta semua pihak terlibat untuk memperbaiki setiap aspek yang menjadi perhatian UGGp.

“Menurut saya, sangat wajar jika UNESCO memberikan banyak catatan. Oleh karena itu, evaluasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan catatan-catatan tersebut, terutama dalam hal pengelolaan Danau Toba.” kata Nuroji, melalui keterangannya kepada media, Rabu (4/10).

Cek Juga : Prabowo Terima Kunjungan Kepala Kepolisian Palestina

Perlu diingat, berikut adalah tujuh catatan argumentasi yang menjadi dasar pemberian ‘kartu kuning’ oleh UGGp untuk Danau Toba:

Pemetaan geological heritage yang tidak sesuai.

Kurangnya pemetaan other heritage, seperti identifikasi yang kurang dan kurangnya inventarisasi non-designated natural heritage, cultural heritage, dan intangible heritage.
Tata kelola stakeholder yang belum memadai dan memerlukan reorganisasi.

Kurangnya visibilitas, terlihat dari kurangnya konten yang tersedia di berbagai media mengenai potensi Danau Toba sebagai bagian dari UNESCO Geopark.
Minimnya publikasi logo Caldera Toba di berbagai fasilitas pendukung aktivitas pariwisata Danau Toba.

Kurangnya kemitraan, sehingga perlu memperkuat kegiatan kemitraan baik secara lokal, nasional, maupun internasional, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan jaringan dunia.

Kurangnya komunikasi dengan jaringan/perwakilan UNESCO di Indonesia dan pusatnya yang berlokasi di Paris.

Simak Juga : Sebut Iwan Bule Orang Dekat Prabowo, Raffi Ahmad: Saya Ikut Apa Kata Beliau

Oleh karena itu, Nuroji mendesak agar evaluasi ini melibatkan para ahli di berbagai bidang terkait.

“Saya percaya ini adalah momen untuk kita semua merenung, apakah kita dapat menjaga Danau Toba tetap berada dalam daftar UNESCO,” tandasnya.

Exit mobile version