Aktivis 98 Siap Bergerak Usir PT Vale dari Sulsel
BIMATA.ID, Makassar – Usai bergulir di DPRD Sulsel terkait masa depan PT Vale, aktivis 98 pun menyatakan siap bergerak mengusir perusahaan asing itu dari Bumi Sulawesi Selatan.
Aktivis 98 yang konsen di bidang lingkungan hidup dan anti korupsi Syamsir menegaskan, siap bergerak mengawal dan melawan dominasi asing di Sulsel.
Sudah saatnya kata dia, memberikan kesempatan bagi patriot nasional mengelola pertambangan sendiri. Alasannya, sudah banyak yang memiliki SDM yang bisa mengelola pertambangan, hanya tidak diberikan kesempatan.
“Sudah terlalu lama sumber daya kita dikuasai asing, alasan bahwa tenaga asing lebih ahli mengelola pertambangan, hanya karena orang pribumi tidak diberikan kesempatan, saya kira sudah saatnya anak negeri berkuasa di negeri sendiri,” tegas Syamsir saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (3/4/2022).
Alumni Sastra Universitas Hasanuddin itu mengaku, sangat nyata di lapangan tingkat kesejahteraan antara tenaga kerja lokal dengan asing.
“Kita harus mengubah paradigma lama sehingga sulit memberikan kesempatan bagi tenaga lokal. Saatnya kita ambil alih karena akan jauh lebih baik dan menguntungkan jika aset kita dikelola anak negeri sendiri,” terang dia.
Ia pun berang dengan sikap sejumlah pihak yang kebakaran jenggot dengan sikap tegas Komisi D DPRD Sulsel terhadap direksi PT Vale. Pria kelahiran Bulukumba 24 Februari 1974 pun menyebut mereka yang “kepanasan” adalah bagian dari perusahaan asal Brazil itu.
“Kalau ada pihak-pihak kebakaran jenggot atas rencana pengusiran PT. Vale dari Sulawesi, itu bagian dari mereka. Takut keluar dari zona nyaman, meskipun di bawah, aksi protes di masyarakat tiada henti-hentinya sejak awal terkait ganti rugi tanah warga, dan dugaan pencemaran lingkungan,” ungkap Anchi, sapaan akrab Syamsir.
Direktur Eksekutif LSM Pusat Informasi Lingkungan Hidup Indonesia (PILHI) pun mendukung sepenuhnya langkah legislatif Sulsel dalam upaya memutus kontrak Vale tahun 2025. Ia pun berharap ke depan, putra-putri terbaik bangsa diberikan kesempatan mengelola pertambangan sendiri agar bisa berkontribusi lebih baik dari sekarang.
“Pengalihan ilmu dari asing sudah waktunya diterapkan, begitu juga lulusan SDM yang memenuhi standarisasi sudah waktunya mereka diberikan amanah, ramah lingkungan, dan memelihara kearifan lokal,” harap aktivis yang mahasiswa dikenal vocal itu.
(HW)