BeritaEkonomiHeadlinePolitik

Aleg Gerindra Nilai Bank Syariah Indonesia Masih Setengah Hati Jalankan Prinsip Islam

BIMATA.ID, Jakarta – Saat ini, Pemerintah Republik Indonesia (RI) telah menggabungkan beberapa bank syariah milik Pemerintah RI menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Namun, Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Andre Rosiade, menganggap BSI masih belum sepenuhnya menjalankan prinsip Islam.

Andre menilai, BSI justru masih menganut prinsip ekonomi kapitalis yang berlomba-lomba mendapatkan keuntungan yang besar. Padahal, bank syariah dalam dunia perbankan seharusnya memberikan beragam manfaat yang tidak tersedia di bank konvensional.

“Namanya saja syariah, tapi praktik konvensionalnya masih jalan. Itu yang perlu menjadi kajian, bagaimana kita umat Islam itu benar-benar aman menabung bertransaksi tanpa riba,” tutur Legislator daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) I ini, dalam keterangan tertulis, Selasa (15/06/2021).

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Provinsi Sumbar ini berharap, masyarakat Indonesia yang mayoritas pemeluk agama Islam dapat benar-benar merasakan sistem perbankan syariah yang diberikan oleh BSI.

Oleh karena itu, Andre meminta kepada Direktur Utama BS, Hery Gunardi, untuk bisa segera menerapkan sistem ekonomi Islam dalam menjalankan manajemen perusahaannya.

“Kan banyak umat Islam di Indonesia yang ingin menikmati transaksi tanpa riba, nah faktanya BSI ini masih bertransaksi abu abu. Dilabelkan dengan lafaz basmalah, tapi transaksi ribanya masih ada,” imbuh Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini.

Alumnus Universitas Trisakti ini mencontohkan, kini para nasabah BSI masih dikenakan sistem riba saat akan membeli rumah melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Hal tersebut dikarenakan program KPR yang ditawarkan BSI masih menerapkan biaya tinggi dalam cicilan dan proses jual belinya, jika dibandingkan dengan bisnis perbankan konvensional.

“Harapan kami BSI benar-benar membenahi dan menyempurnakan aturan syariahnya. Sehingga, umat Islam sebagai mayoritas rakyat di Indonesia merasa aman bertransaksi bagi yang memilih bertransaksi di bank syariah,” ucap pria kelahiran Padang, 7 November 1978 ini.

Seperti diketahui, sebelumnya Dai kondang, Ustadz Yusuf Mansur melontarkan kritik lewat media sosial (medsos). Dirinya menyebut, praktik perbankan syariah masih berbiaya tinggi bahkan jika dibandingkan dengan bisnis perbankan konvensional.

Kritik itu dilontarkan Yusuf Mansur setelah mendapat aduan mahalnya cicilan pembiayaan syariah dari salah satu jamaahnya.

Gara-gara pembiayaan mahal tersebut, Yusuf Mansur menilai, pembiayaan di bank syariah sulit dijangkau masyarakat. Padahal, pembiayaan syariah seharusnya menyentuh masyarakat. Hal ini menjadi pekerjaan besar bagi para pemimpinnya.

[MBN]

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close