BeritaKesehatanNasional

Pemerintah Harus Cek Penyakit Penyerta Lansia Sebelum Divaksinasi Covid-19

BIMATA.ID, Jakarta- Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Rahmad Handoyo menyambut baik vaksin Covid-19 Sinovac bisa digunakan untuk kelompok lansia. Namun, Rahmad mengingatkan supaya pemberian vaksin kepada lansia tanpa penyakit penyerta alias komorbid. Terutama, jika diberikan di daerah-daerah.

“Perlunya screening yang ketat apakah para lansia ini memiliki penyakit bawaan tidak, apalagi di kampung yang jauh dari fasilitas kesehatan begitu mau divaksin ternyata ada komorbid, mengingat sampai saat ini vaksin ini tidak diperuntukan yang ada komorbidnya,” kata Rahmad, Senin (08/02/2021).

Rahmad meminta pemerintah mengakselerasi program vaksinasi supaya target 15 bulan selesai bisa tercapai. Pemerintah diminta mempersiapkan proses pelaksanaan dengan baik dengan melibatkan semua pihak dan mengerahkan tenaga kesehatan dan relawan yang ada.

“Agar target dari pemerintah 15 bulan benar terealisasi proses vaksinasinya,” kata dia.

Kabar vaksinasi Sinovac untuk lansia merupakan kabar baik karena selama ini pemerintah tak merencanakan vaksin ini untuk kelompok lansia.

“Syukurlah terbukti efektif dan keamanan bagus serta efek samping juga sangat aman penggunaan vaksin untuk di atas 60 tahun,” ucapnya.

Orang lanjut usia (lansia) di atas 60 tahun diperbolehkan mendapatkan Vaksin Covid-19. Keputusan ini setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan emergency use authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 Sinovac untuk lansia.

Berdasarkan dari data 47,3 persen kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia merupakan lansia.

“Menjadi keharusan tentunya bagi pemerintah untuk menetapkan memberi pemberian penggunaan vaksin yang tersedia yaitu saat ini adalah CoronaVac menjadi prioritas untuk juga diberikan kepada kelompok lansia,” kata Kepala BPOM, Penny K. Lukito dalam konferensi pers melalui YouTube BPOM RI, Minggu (7/2).

Izin penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia dikeluarkan pada 5 Februari 2021. Penerbitan ini dilakukan setelah mendapat data hasil uji klinik fase 1 dan 2 vaksin Sinovac untuk lansia di China serta uji klinik fase 3 di Brasil.

Data hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China menunjukkan, kadar antibodi atau imunogenisitas lansia berada pada angka 97,96 persen setelah dilakukan dua kali penyuntikan vaksin Sinovac dengan rentang waktu 28 hari. Uji klinis dilakukan kepada 400 lansia.

Sedangkan hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan lansia berada dalam kondisi aman dan tidak menimbulkan efek samping serius derajat ketiga setelah dilakukan dua kali penyuntikan. Uji klinik fase 3 di Brasil melibatkan 600 lansia.

 

(Bagus)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close