
BIMATA.ID, KUNINGAN – Persoalan perempuan, anak-anak, dan remaja semakin kompleks di era modernisasi. Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Kuningan dari Fraksi Partai Gerindra, Sri Laelasari, menegaskan pentingnya perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat dalam menangani berbagai tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini.
“Sebagai seorang ibu, perempuan, dan anggota legislatif, saya merasa bertanggung jawab untuk menghadiri Diskusi Terbatas bertema ‘Rusaknya Generasi, Tanggung Jawab Siapa?’ di Highland Bakery and Coffee Kuningan,” ujar Sri asal Dapil 1 (Kuningan, Cigugur, Sindangagung, Garawangi, Ciniru dan Hantara, Sabtu (22/2/2025).
Menurut Sri yang juga Ketua Perempuan Indonesia Raya (Pira) sosok ibu dan perempuan harus hadir dalam pengawasan anak-anak di era modernisasi.
BACA JUGA: Prabowo: Saya Mengerti Betapa Berat Beban Para Hakim
“Saya sangat mengapresiasi peran aktif Majelis Taklim Muslimah Pelindung Surga dalam mendukung kegiatan positif bagi perempuan dan anak,” tuturnya.
Dalam diskusi tersebut, berbagai permasalahan sosial yang menimpa anak-anak dan remaja di Kuningan dibedah secara mendalam.
Sri mengungkapkan bahwa permasalahan mereka tidak hanya sebatas Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), perundungan (bullying), dan pelecehan seksual, tetapi juga mencakup aspek mental dan spiritual.
“Akhir tahun 2024 hingga awal 2025, Kuningan mencatat lonjakan kasus moral yang cukup mengkhawatirkan, seperti tingginya angka bunuh diri di usia muda serta peningkatan kasus HIV/AIDS,” ungkapnya.
Sri menilai bahwa Kabupaten Kuningan membutuhkan rumah singgah khusus bagi perempuan dan anak korban kekerasan serta remaja yang mengalami permasalahan sosial. Rumah singgah tersebut harus dilengkapi dengan tim pendampingan yang terintegrasi, termasuk tenaga medis dan psikolog.
BACA JUGA:Momen Prabowo Beri Hormat ke Para Hakim: Rakyat Bergantung Pada Keputusan Saudara
“Selama ini, korban-korban PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) di Kuningan masih banyak yang harus dititipkan ke panti sosial di Bandung dan Jakarta. Ini menunjukkan bahwa kita belum memiliki fasilitas pendampingan yang memadai di daerah sendiri,” jelasnya.
Sri memaparkan beberapa faktor utama yang menyebabkan semakin rentannya generasi muda saat ini tentang Globalisasi dan Teknologi.
“Pengaruh budaya luar, kehidupan sosial yang bebas, serta akses internet tanpa batas yang membuka peluang konsumsi konten negatif. Selain itu, Pola Asuh Orang Tua, banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja, kurang disiplin dalam mendidik anak, atau terlalu memanjakan mereka,” paparnya.
Kemudian, lanjut Sri, Media Sosial dan Lingkungan Pergaulan. Dimana, minimnya pengawasan dalam penggunaan media sosial dan lemahnya kontrol terhadap pergaulan sebaya yang tidak sehat.
“Krisis Pegangan Agama. Longgarnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kontrol diri semakin lemah dan hanya bergantung pada hukum serta norma sosial,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret dalam mengatasi persoalan ini, Sri menekankan pentingnya menanamkan dasar moral, akhlak, dan adab sejak dini.
BACA JUGA: Beri Hormat Ke Para Hakim di Sidang Istimewa MA 2024, Prabowo: Saya Ini Mantan Prajurit
“Membatasi waktu penggunaan gadget bagi anak di bawah umur dan memantau akses internet mereka. Mendorong anak untuk aktif dalam kegiatan luar ruangan yang produktif, Menyempurnakan kurikulum pendidikan serta program-program pemerintah yang mendukung pembangunan karakter dan Mengintegrasikan pendidikan karakter dan nilai-nilai akhlak dalam kurikulum agama di sekolah,” kata Sri dalam diskusi.
“Jika kita ingin menyelamatkan generasi muda, maka kita harus mulai dari keluarga, sekolah, dan kebijakan yang lebih ketat. Ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat,” tutupnya.