BeritaEkonomiNasional

Asta Cita dan Masa Depan Ekonomi: Pelajaran dari Keberhasilan Vietnam

BIMATA.ID, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya mencapai 5 persen sesuai prediksi Bank Dunia. Meski demikian, semangat Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai target ambisius pertumbuhan 8 persen patut diapresiasi sebagai visi besar untuk memajukan perekonomian nasional.

Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, menyoroti bahwa Asta Cita 1-8 pada pemerintahan Prabowo sebagian besar berfokus pada isu ekonomi. Ia membandingkan Indonesia dengan Vietnam, yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi 7-8 persen berkat lonjakan ekspor hingga USD405 miliar per tahun. Sebaliknya, ekspor Indonesia stagnan di kisaran USD250 miliar.

Didik mengungkapkan bahwa tanpa penguatan sektor industri, target pertumbuhan ekonomi 8 persen sulit tercapai hingga 2029. Selama dekade terakhir, sektor industri hanya tumbuh 3-4 persen, jauh tertinggal dari Vietnam yang mencatat pertumbuhan industri hingga 9-10 persen dan ekspor yang meningkat 14-15 persen.

Baca Juga: Prabowo: Program Makan Bergizi Gratis Adalah Kewajiban Pemerintah, Bukan Untuk Dicari Terima Kasih

Pada tahun 1985, Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dengan sektor industri yang berkembang hingga 10 persen. Kebijakan saat itu mendorong ekspor dengan mengandalkan birokrasi efisien dan target diplomasi perdagangan yang jelas. Didik menyarankan agar elemen-elemen dalam Asta Cita ke-3 diimplementasikan untuk membangkitkan kembali kinerja industri.

Vietnam kini menjadi magnet investasi internasional, mengulang pola yang dialami Filipina pada 1985 saat investasi bergeser ke Indonesia akibat kondisi ekonomi yang buruk. Situasi serupa terjadi sekarang, di mana investor mulai melirik Vietnam, menyebabkan penurunan investasi asing di Indonesia.

Menurut Didik, pertumbuhan ekonomi 6-7 persen tidak mungkin dicapai tanpa lonjakan investasi asing. Indonesia perlu meningkatkan investasi hingga 3-4 kali lipat dari Rp1.400 triliun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Meski tantangan berat, Didik mengajak masyarakat dan pemerintah untuk tetap optimis. Dengan reformasi birokrasi, penguatan industri, dan kebijakan investasi yang strategis, Indonesia memiliki peluang untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga.

Simak Juga: Gerindra Sukabumi Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Banjir di Kecamatan Ciemas

Related Articles

Bimata