Nasional

Hadiri Undangan Menag di Musim Politik, Prabowo: Tak Boleh Bicara sebagai Capres

BIMATA.ID, Jakarta – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut dirinya tidak boleh berbicara sebagai capres, saat menghadiri undangan dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam sarasehan ‘Kemandirian Pesantren’ di JIExpo, Jakarta, Sabtu (16/12/2023).

Awalnya, Prabowo bercerita mengenai perbedaan makna kekeluargaan pada bangsa Indonesia, khususnya di pesantren dibandingkan dengan arti kekeluargaan yang ia dapatkan ketika sempat tinggal dan sekolah di Eropa.

“Saya pernah tinggal di Eropa, diajak teman saya ke rumahnya belajar (bersama). Begitu saya masuk, semua keluarganya makan di meja. Teman saya bilang, Prabowo kau di sini saja ya, ini buku kamu baca, saya makan dulu,” cerita Prabowo yang kemudian disambut tawa para peserta yang hadir.

Prabowo mengatakan, hal tersebut tidak salah menurutnya, karena itulah adat dalam budaya mereka.

“Adatnya seperti itu, nggak salah. Mereka kerja keras untuk keluarganya, Prabowo bukan keluarga saya, dia datang ke sini belajar. Dia ingin baca buku,” jelasnya.

Lalu, Prabowo membandingkan dengan adat kekeluargaan masyarakat Indonesia, khususnya di pesantren. Ia mengungkapkan tiap berkunjung ke pesantren selalu ditawarkan makan, meskipun jadwal agenda ke tempat lainnya sangat padat.

“Tiap kali saya ke pesantren, nyai-nyai sudah masak dan terpaksa makan, waduh, padahal saya harus ke tiga pesantren lain. Jadi, makan, makan, makan,” ungkap Prabowo.

“Di pesantren kalau kita makan, ditungguin, dilihatin, dimakan nggak nih, walaupun sudah kenyang (tetap) makan,” candanya.

Kemudian, Prabowo melontarkan candaan menanggapi adat menjamu makanan tersebut. Ia takut jika dirinya tidak mengiyakan makan, ke depannya dia tidak bakal diterima kembali untuk sowan atau berkunjung.

“Jangan sampai nanti nggak diterima di pesantren ini, kan gitu. Ini musim politik, tapi saya di sini tidak boleh bicara sebagai capres,” kata Prabowo disambut tepuk tangan.

Ia menegaskan, kehadirannya di sarasehan tersebut tidak bermaksud mencari dukungan dari para keluarga santri Indonesia, tapi hanya untuk menyampaikan ilmu mengenai kemandirian pesantren dan bela negara.

“Saya mau tegas di sini ya, saya tidak minta dukungan dari bapak dan ibu,” ucapnya.

[HW]

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close