Bimata

Fahri Hamzah Singgung Pihak yang Larang Anak Muda Berperan Maksimal di Politik

BIMATA.ID,Jatim- Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menggelar konsolidasi kader di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu, 5 Agustus 2023 malam.

Konsolidasi ini dihadiri kader Partai Gelora dari kawasan tapal kuda atau pantura Jawa Timur, antara lain dari Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Jember, dan lain-lain.

BACA JUGA: Prabowo dan Bayu Skak Bahas Intellectual Property Rights, Dukung IP Anak Bangsa

Dalam orasinya, mantan Wakil Ketua DPR itu menjelaskan berdirinya Partai Gelora didasari oleh narasi dan idealisme, bukan berorientasi pada uang, serta dalam kancah politik membawa gagasan rekonsiliasi.

“Alhamdulillah gagasan ini oleh Pak Jokowi (Joko Widodo). Akhirnya kubu Pak Jokowi dan kubu Pak Prabowo (Prabowo Subianto) terjadi rekonsiliasi,” ujar Fahri dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu, 6 Agustus 2023.

Partai Gelora, lanjut Fahri, terus memberikan masukan yang konsisten kepada Jokowi dan Prabowo untuk untuk melanjutkan terus melanjutkan rekonsiliasi ini.

BACA JUGA: Hadiri Jalan Santai ‘Anti Mager’ Sulsel, Warga Doakan Prabowo Presiden 2024

Ia berharap masyarakat Indonesia bisa bersatu menjadi superpower baru dunia. Partai Gelora menginginkan agar Prabowo Subianto menjadi tokoh pemersatu di Pemilu 2024.

“Pesta demokrasi nanti, rakyat tidak berpecah belah dan berselisih seperti pada Pilpres 2019. Insyaallah Partai Gelora akan mencalonkan Pak Prabowo sebagai calon presiden,” ujarnya.

Akan tetapi, pada kesempatan itu, Fahri mengaku menyayangkan sikap pihak tertentu yang membuat kategorisasi mengenai peran anak muda dalam politik. Namun, dirinya tak menyebut secara gamblang siapa saja orang yang dimaksud.

BACA JUGA: Prabowo Makan Siang di Mie Gacoan,Kejutan Bagi Warga, Pekerja Hingga Ojol

Fahri mengatakan, ada upaya melarang anak muda untuk memimpin dan berperan dalam memajukan bangsa, dan terus melanggengkan kekuasaan para generasi tua di politik.

“Sekarang ini ada kategorisasi, bahwa seolah-olah usia anak muda kita ini belum boleh berperan atau atau kalau boleh berperan, berperannya boleh terlalu maksimal,” kata Fahri.

Padahal dalam sejarah Islam, menurut Fahri, anak muda atau pemuda menjadi pemimpin seperti Muhammad Al Fatih, Sultan Turki Ottoman yang berkuasa selama dua periode, yakni sejak Agustus 1444-September 1446, dan Februari 1451-Mei 1481.

BACA JUGA: Lantik Rektor Unhan, Prabowo: Tunjukkan Kita Setia Pada Negara dan Bangsa

Dia mengatakan, Al Fatih dikenal sebagai penakluk Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki), yang sekaligus mengakhiri riwayat imperium Kekaisaran Romawi Timur.

“Dia diangkat Sultan umur 19 tahun, pada umur 21 tahun memimpin penaklukan Konstantinopel dan mengubah namanya menjadi Istambul. Al Fatih bisa menaklukkan sebuah imperium besar, artinya anak muda bisa membuat penaklukan besar,” katanya.

Oleh karena itu, Fahri mengapresiasi kehadiran ribuan anak-anak muda yang tergabung dalam Majelis Bershalawat Al Fatih dalam Orasi Keumatan yang disampaikannya di Ponpes Al Ishlah Bondowoso ini.

BACA JUGA: Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo Terus Melonjak Naik, Ganjar dan Anies Fluktuatif

“Malam ini, berkumpul banyak anak-anak muda putra dan putri bersemangat dan berselawat, serta bergelora. Kalau Al Fatih umur 21 tahun menaklukkan Konstantinopel, maka anak-anak muda di sini juga akan punya penaklukan baru,” ujarnya.

Exit mobile version