Bimata

Investasi dan Konsumsi Jadi Faktor Pertumbuhan Ekonomi Jateng

BIMATA.ID, Jawa Tengah – Berkembangnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah (Jateng) belakangan ini menjadi sorotan, seusai adanya proyek pembangunan kawasan industri di daerah tersebut.

Direktur Media dan Investment Putranti Laksitareni mengatakan, bahwa berbagai data penting terkait hal diatas yang menjadi salah satu faktor adanya minat dan jumlah pengiklan di Jateng.

“Ini dilihat dari banyaknya investasi baru di Jawa Tengah seperti pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK) dan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Selain itu, infrastruktur yang semakin terkoneksi melalui pembangunan jalan tol yang menghubungkan wilayah barat dan timur,” ucap Putri yang dikutip, pada, Senin (20/02/2023).

Baca juga: Prabowo Dampingi Presiden Jokowi Lepas 140 Ton Bantuan Bahan Makanan ke Turki dan Suriah

Diketahui, data – data tersebut yang dimaksudkan sangat beragam sehingga, dapat mengungkapkan alasan pengiklan wajib memperhitungkan Jateng sebagai daerah potensial untuk digarap.

Lanjutnya, ditambah dengan hasil laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan jika rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan Rp 1,26 juta per bulan untuk konsumsi baik makanan dan non makanan.

Maka dari itu, kabar baiknya wilayah Provinsi Jateng memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya yaitu dengan statistik sebesar 0.31% pada kuartal III-2021 untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Lihat juga: Prabowo Subianto Sapa Relawan Kemanusiaan yang Mengiringi Bantuan Ke Turki-Suriah

“Jumlah penduduk di Jawa Tengah dan DIY hampir capai 40 juta lalu didukung dengan karakter yang njawani dan masih menyukai hal yang konvensional dan tradisional membuat layanan promosi seperti billboard dan baliho bisa raih market lebih besar. Hingga saat ini media luar ruang masih jadi media promosi pilihan di tengah tempuran iklan digital. Terbukti, Kota Semarang memiliki megatron 3D terbesar di saat kota Surabaya belum memilikinya,” ungkap Putri.

Mengenai hal tersebut, berdasarkan hasil penelitian dari Christine Moorman, Megan Ryan dan Nader Tavassoli yang berjudul “Why Marketers Are Returning to Traditional Advertising” yang dipublikasikan di Harvard Business Review 2022 menuliskan, jika pengiklan mulai kembali ke media tradisional maka media promosi seperti Out of Home Advertising (OOH) akan banyak dimanfaatkan.

Untuk diketahui, data yang disampaikan hasil riset tersebut, untuk pengguna internet sudah mulai jenuh dengan iklan digital yang memenuhi layar, dan lebih dipercaya hingga kebijakan perlindungan data pribadi dan global di internet membuat respons pengiklan mengubah haluan kembali ke media tradisional.

Simak juga: Pesan Prabowo kepada Pengurus HIPMI Baru: Selamat Berkarya untuk Indonesia Raya

Exit mobile version