BIMATA.ID, SLEMAN- Calon Bupati Kabupaten Sleman Danang Wicaksana Sulistya (DWS) menaruh perhatian dan kepedulian yang besar terhadap penyandang disabilitas.
Hal itu terungkap saat DWS mengajak seorang modifikator yang selama ini banyak medesain motor trail untuk membuat motor yang cocok untuk Difabel.
“Saya sampaikan ke Mas Kawan (Santoso-red), bagaimana caranya memproduksi motor untuk saudara-saudara penyandang tuna daksa, tapi motor itu sekaligus untuk sarana berjualan. Harapannya bisa membantu ekonomi warga difabel,” ungkap DWS pada wartawan, Kamis (17/9/2020).
Apalagi jumlah masyarakat difabel di Kabupaten Sleman mencapai 5.535 orang yang tercatat dalam data Dinas Sosial DIY. Data tersebut menjadi perhatian Calon Bupati Sleman Danang Wicaksana Sulistya (DWS) yang langsung berpikir bagaimana mereka mendapatkan sentuhan kegiatan ekonomi.
Menurut DWS, difabel kerap kesulitan mencari pekerjaan meskipun pemerintah telah menjamin hak penyandang untuk bekerja, sesuai UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
DIY juga memiliki Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas yang harus terus dimaksimalkan.
“DWS-ACH berkomitmen untuk bersama teman-teman difabel. Saat ini yang sedang kami kerjakan adalah membuat konsep untuk memfasilitasi penyandang tuna daksa menjalankan kegiatan ekonomi. Kita melihat banyak sekali potensi di Sleman dan berupaya membangun jembatan penghubungnya,” ungkapnya lagi.
Kawan Santoso yang secara langsung dikunjungi DWS pun menyatakan kesiapan berkolaborasi untuk membantu masyarakat difabel. Dia menawarkan ubahan rangka kendaraan roda dua menjadi roda tiga dengan tambahan sistem diverensial dan memiliki kemampuan seperti leaning trike.
Kedua fitur itu dirasa perlu karena kenanyakan ubahan rangka kendaraan untuk penyandang tuna daksa saat ini masih mengadopsi sistem rigid, sehingga menggannggu manuverabilitas.
“Kebetulan kami sudah punya konsepnya dan siap membantu. Gambaran kendaraannya sudah ada juga, seperti ada bak angkut multiguna yang dapat dijadikan tempat menaruh perangkat dapur untuk berjualan makanan keliling. Selain warung keliling, bak juga dapat digunakan untuk menempatkan mesin jahit, barang bawaan dalam volume tertentu maupun alat perbengkelan bagi difabel yang menekuni jasa servis elektronik keliling,” ungkapnya.
Konsep tersebut sangat mungkin berkembang melibatkan siswa Balai Latihan Kerja maupun Sekolah Menengah Kejuruan. Produksi pun bisa dipercepat karena SDM lebih banyak dan bisa teratur.
“Saya siap terlibat dan membantu. Biaya bisa ditekan kalau dikerjakan oleh BLK atau SMK, bahan baku juga lebih murah kalau dibeli dalam jumlah besar,” tandasnya.