BIMATA.ID, Indramayu – Jam dinding di aula menunjukkan pukul 23.30 WIB, pria bertubuh tinggi ramping berkulit kecoklatan ini duduk bersila di deret paling depan menghadap ratusan khalwater, sebutan mereka yang ikut khalwat.
Dona Romdona, sosok lelaki berusia 40 tahunan itu. Berpeci hitam, berbaju koko putih panjang, dan bersarung, ia bersiap membagikan kisahnya mengikuti khalwat yang dibimbing langsung Prof Dr KH Abdus Syakur Yasin MA, akrab disapa dengan nama Buya Syakur.
Di tengah udara dingin alas Sukatani, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pria asli Sungai Buntu, Karawang ini dan para khalwater terlihat masih memiliki semangat ’45 untuk mengikuti semua anjuran bimbingan dari Buya Syakur; berpuasa, berzikir, wiridan, istigasah, dan kegiatan lainnya dalam khalwat yang dilakukan tiap 1 Zulkaidah (bulan kapit, Jawa) hingga 10 Zulhijah (bulan haji, Jawa) itu.
Malam itu baru memasuki hari ke-12. Masih 28 hari lagi para khalwater bermukim di alas Sukatani; tidur seadanya dalam tenda buatan sederhana, tidak berinteraksi dengan dunia luar, berteman nyamuk di malam hari, dan menahan terik panas di siang hari.
Ustad Dona, demikian sapaan akrabnya, menceritakan pengalaman yang kelima kalinya menjalani lelaku di bawah bimbingan Buya Syakur, sejak 2019 lalu.
Menurut lelaki yang juga dikenal sebagai dai milenial muda ini, khalwat yang sudah dimasyarakatkan Buya Syakur sejak 1990-an memiliki manfaat luar biasa, khususnya terhadap kualitas manusia.
Khalwat, kata pria beristri satu ini, bisa memprogram atau mendesain ulang kualitas manusia menjadi lebih berkualitas secara pribadi, dan bermanfaat untuk masyarakat umum.
Kok bisa? Ustad Dona mencoba menjelaskannya secara ilmiah. Ia menukil pendapat dr Joe Dispenza, penulis buku best seller ‘Breaking the Habbit of Being Yourself’.
Joe meneliti tentang cara berpikir dan perilaku manusia, disimpulkan bahwa manusia ketika berpikir dalam lintasan pikirannya terbukti banyak perilaku yang diulang-ulang setiap harinya.
Misalnya, bangun tidur dengan kebiasaan sarapan pagi, mandi pagi, minum kopi, ngerokok, cuci muka, wudhu dan aktivitas lainnnya. Maka, dengan sendirinya pikiran akan bekerja untuk melakukan aktivitas atau tindakan yang memenuhi hasrat kebiasaan di pagi hari itu.
Seperti berkeinginan untuk menanak nasi, menyalakan kompor, mencuci panci, mengambil piring, sendok dan kelengkapan sarapan pagi lainnya.
“Keotomatisan itulah yang dikenal dengan lintasan pikiran yang polanya sama dan berulang-ulang dikerjakan setiap harinya,” papar Ustad Dona.
Joe Dispenza menyebutkan, dalam lintasan pikiran yang mengendap pada diri manusia selama kurun waktu bertahun-tahun, terdapat 60.000 – 70.000 lintasan pikiran aktif yang sudah terpola dengan sendirinya.
Adapun jalur lalu lintas sistem sarafnya hanya satu jalur, yang terbentuk dengan sendirinya atas pengulangan dari pikiran dan perilaku kebiasaan-kebiasaan lama. Kebiasaan yang sudah terprogram ketika tidak ada hal-hal baru.
“Yang mengejutkan dalam susunan saraf kita, pergerakannya mengikuti memori kebiasaan lama. Dan sel tubuh kita, kemampuannya hanya mengulang memori-memori, atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah tercipta. Tidak ada hal yang baru dan progresif ketika memori memelihara kebiasaan-kebiasaan,” jelas Ustad Dona.
Sel dalam tubuh sebenarnya kerjanya menangkap memori dan getaran dari luar. Di saat getaran dari luar mengusik sel tubuh, otomatis tersimpan di membran sel dan tersampaikan ke DNA (deoxyribo nucleic acid) tubuh.
Joe Dispenza mengungkapkan ketika getaran baru tersimpan di DNA, DNA itu mengeluarkan energinya sesuai dengan tangkapan memori otak. Karena, memori dalam DNA tidak akan pernah diprogram ulang. Yang terjadi adalah energi pengulangan.
“Yang disebut pola berpikir banyak dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan dipengaruhi oleh hormon dan sel dalam tubuh. Inilah yang disebut titik tolak lintasan pemikiran; menyatunya sel tubuh atau partikel tubuh dengan perasaan dan cara berpikir yang membentuknya,” ucap mantan Sekretaris Daerah MD KAHMI Karawang ini
Ustad Dona lalu memaparkan, kecerdasan seseorang menjadi salah satu kunci bagaimana merubah belenggu kebiasaan lama yang tidak produktif menjadi kebiasaan baru yang positif.
Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan merekonstruksi ulang memori yang tersimpan di partikel tubuh yang tersusun dalam syaraf otak dan sel-sel DNA kita.
Bagaimana cara merubahnya? Salah satunya adalah dengan membawa energi positif ke alam bawah sadar. Yakni dengan melakukan proses pengulangan kata-kata positif yang diarahkan masuk ke alam bawah sadar.
Pengulangan kata-kata positif ini, menurut kajian neuro linguistik programming (NLP), menjadi efektif ketika proses pengulangan kata-kata positif (doa, mantra, juga zikir) dilantunkan setiap hari dan masuk ke dalam tubuh.
Pengulangan doa, mantra, zikir, atau kata-kata positif itu dilakukan saat posisi pikiran atau lintasan pikiran tidak sedang banyak bekerja/melakukan aktivitas fisik, atau tidak banyak bergerak.
“Dengan kata lain, pada saat posisi diam, menjelang tidur, termangu, meditasi, atau melakukan aktivitas pemberhentian olah pikir,” ujar salah satu penggagas Majelis Zikir dan Pikir Wamimma Al Mustaghfirun Jabodetabeka ini.
Lintasan pikiran itu bisa terbaca dengan sendirinya pada saat kita tidak merespons pikiran liar, pikiran bergelombang, atau pada saat posisi gelombang berpikir kita masuk wilayah gelombang alfa.
Pada posisi ini diperlukan kata-kata positif, zikir atau lantunan doa-doa yang terus menerus diulang-ulang setiap harinya.
Proses pengulangan yang berlangsung secara terus-menerus dimaksudkan agar energi atau vibrasi kata-kata positif, zikir dan lantunan-lantunan doa energi masuk ke alam bawah sadar.
Ketika energi positif masuk ke alam bawah sadar dengan proses pengulangan yang tak berhenti, maka getarannya akan merestrukturisasi energi dalam sel tubuh kita, sekaligus merubah data-data dalam DNA
“Juga akan mengatur atau menormalkan sirkulasi dan fungsi partikel dalam tubuh,” kata Ustad Dona.
Inilah, yang disebut dengan reprogramming atau memprogram ulang, mendesain ulang energi dalam tubuh. Setelah terprogram ulang; kebiasaan, tindakan lama otomatis berubah dengan cepat.
“Dan hadirlah inovasi, kreasi, kecerdasan baru yang konstruktif, yang memengaruhi kualitas hidup manusia,” tutur Ustad Dona dengan senyuman khasnya.
Ketika kita bisa menciptakan lalu lintas lintasan pikiran yang baru, susunan saraf kita akan menyala, gelombang elektriknya juga menyala. Saat semuanya menyala, maka kerangka berpikir otak akan menjadi kreatif inovatif.
“Efeknya, kita akan kaya dengan solusi baru. Kita menjadi orang yang memiliki kualitas berpikir, dan daya nalar kreasi tinggi. Inilah yang disebut neuroplastisipitas,” ucap Pengasuh Majelis Mamimma Sungai Buntu, Karawang ini.
Lalu, mengapa Buya Syakur selalu menekankan kepada santrinya agar tiap tahun melakukan khalwat selama 40 hari penuh dan tinggal di tenda non permanen di dalam hutan?
“Adalah tidak lain agar dalam menjalani ibadah khalwat terjadi pengkondisian diri untuk merubah kebiasaan lama dan mendesain kehidupan yang baru; lewat doa, zikir, dan wirid yang diulang-ulang dan konsisten selama 40 hari,” jelas Ustad Dona.
Saat khalwat, mereka juga dianjurkan untuk lebih banyak berdiam diri di tempat yang hening, disertai zikir siang dan malam.
Ketika malam hari peserta khalwat menyepi di tengah hutan untuk mengaktifkan kelenjar pineal agar menghasilkan hormon melatonin.
Hormon melatonin ini hanya akan bangkit ketika di malam hari. Intinya ketika energi kegelapan mulai muncul hormon ini akan membangkitkan rasa kasih, cinta, damai, penuh syukur, rasa welas asih, tidak ada kebencian, kesakitan kesakitan yang ada hanya ketenangan, kebahagiaan, kedamaian.
“Hormon ini pula yang bisa membentuk sensitivitas hati menjadi jernih dan bening,” ucap Ustad Dona.
Ada juga hormon DMT (dimethyltryhptamine) yang akan bangkit ketika energi kegelapan mulai menampakkan dirinya, yakni di mulai saat ghurubus syam, pergantian siang menjadi malam, ketika energi gelap mengangkasa dan mengubah menjadi energi kebaikan. Di saat gelap menjadi jembatan antara dimensi fisik dan non fisik.
Kita mengetahui bahwa 73 persen alam ini terdiri dari energi gelap. Energi gelap di butuhkan dalam rangka kebangkitan antena kesadaran (pineal gland) yang menghasilkan hormon melatonin, vinolin dan DMT.
Hormon ini hanya akan menggeliat dan bangkit ketika tersentuh energi gelap/malam.
Proses sentuhan energi gelap dalan tubuh kita menjadikan unsur-unsur kemanusiaan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang mampu mawas diri, hati welas asih dan jiwa penuh dengan cinta.
Peserta khalwat yang terbangkitkan hormon DMT-nya, biasanya seluruh panca inderanya akan hidup dan dihidupkan. Dengan sendirinya, ia akan mampu mendengarkan bunyi-bunyi tasbih dari alam sekitarnya. Mampu mengakses dimensi-dimensi non fisik. Suara-suara alam itu terdengar dengan sendiri pada dimensi non fisik. Seakan akan semuanya berzikir hanya kepada Allah.
Hormon yang mampu menangkap sinyal seperti ini dikenal sebagai media antara alam fisik dan non fisik.
Seorang Ahli biologi molekuler Rusia Pjotr Garjajev membuktikan, getaran atau vibrasi DNA bisa diubah dengan frekuensi kata-kata.
Kata-kata yang diucapkan berulang-ulang harus memiliki frekuensi yang tepat. Bahwa, wiridan dalam kerangka khalwat dengan jumlah bilangan tertentu akan berpengaruh pada vibrasi dan frekuensi untuk mengubah kode-kode DNA dalam tubuh.
Karena itu, lelaku asketis ( khalwat, uzlah, puasa, bertapa) bukan hanya soal menajamkan rasa, tapi lelaku tersebut juga mampu merestrukturisasi memori sel tubuh. Bahkan, kode-kode DNA dalam tubuh kita bisa diperbaharui kembali secara frontal. Sehingga peristiwa peristiwa hidup yang seharusnya terjadi (bersifat na’as, bala, kena pepaten, sial, miskin, karma buruk) yang datanya tersimpan di DNA, bisa dirubah atau dihindari
“Kita mampu melakukan pemrograman ulang, dan meretasnya. Kita adalah Tajjali-Nya, Kita Co-creator illahi yang mampu mendesain ulang DNA kita (epigenetika),” papar Ustad Dona meyakinkan para khalwater yang menyimaknya penuh konsentrasi.
Dengan keistikamahan khalwat, diharapkan khalwater akan membentuk kebiasaan-kebiasaan baru, dan merubah kebiasaan-kebiasaan lama.
“Ketika peserta khalwat melakukan proses pengulangan dalam doa san zikirnya, energi positifnya masuk ke alam bawah sadar mengubah susunan partikel tubuh dan mengubah pola berpikir, sehingga bisa mengubah perilaku dan kebiasaannya. Akhirnya, peserta khalwat memiliki kualitas hidup yang tinggi dalam kehidupan berikutnya di rumah, setelah pulang dari khalwat,” jelas Ustad Dona.
Di penghujungnya, mampu membentuk kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.
Begitulah, khalwat Buya Syakur tidak akan ada kesia-siaan, karena khalwat adalah salah satu bentuk ibadah spiritual yang dibutuhkan setiap manusia, dalam rangka merekonstruksi ulang niat dan tujuan hidup dalam keridaan-Nya yang sejati. Menjadi kekasih sejati dari Yang Maha sejati.