BIMATA.ID, JAKARTA – Ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto banyak menjadikan nilai-nilai luhur nenek moyang, budaya bangsa dalam hidupnya. Seperti tekad kepahlawanan, kependekaran dan falsafah-falsafah Jawa.
Bukan hanya sekali dua kali, akan tetapi di berbagai kesempatan, Prabowo pun kerap mengungkapkan Philosophy Jawa yang patut dijadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan.
Kali ini terungkap melalui akun Facebook Prabowo Subianto menceritakan bahwa dia juga banyak mendapatkan pembelajaran dan nilai-nilai falsafah Jawa dari lakon pewayangan yang diwariskan oleh eyangnya, Margono
“Salah satu hal yang saya pelajari, dan saya ingat sampai sekarang adalah pelajaran kepemimpinan dari lakon wahyu Makutharama,” kata Prabowo
Dalam lakon wahyu makutharama, diceritakan ilmu kepemimpinan yang lebih dikenal oleh publik sebagai Hasta Brata.
“Ini sangat luar biasa sehingga dua orang titisan Batara Wisnu, Raja Ayodya dan Raja Dwarawati berhasil menjadi raja yang besar dan memiliki pengaruh yang luar biasa. Sri Bathara Kresna kemudian menurunkan ilmu ini kepada Arjuna. Dengan Hasta Brata ini Arjuna mampu mengoreksi kepemimpinan Dasamuka yang dikenal arogan dan penuh angkara murka,” cerita Prabowo.
Hasta artinya delapan, sedangkan Brata artinya watak. Hasta Brata adalah delapan ajaran perilaku, delapan watak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Delapan ajaran ini berlandaskan hukum-hukum alam, yang diantaranya adalah: Pindo Jaladri, Pindo Candra, Pindo Kartika, Pindo Surya, Pindo Arga, Pindo Dahana, Pindo Bayu dan Pindo Bahana.
Menhan RI ini melanjutkan bahwa, seorang pemimpin harus Pindo Jaladri, artinya memiliki sifat seperti samudera. Samudera itu luas tak bertepi dan setiap hari siap menampung apa saja dari segala penjuru.
“Samudera juga selalu siap dan mampu membersihkan segala kotoran yang dibuang ke samudra oleh orang-orang yang tidak baik. Samudera juga memberikan rasa ketenangan bagi mereka yang melihatnya,” papar Prabowo.
Pindo Jaladri, seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan pengertian terhadap rakyatnya.
“Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil dan bijaksana,” tutupnya