Ilmuwan Temukan Air Tanah Tertua di Dunia, Berumur 1,2 Miliar Tahun
BIMATA.ID, Jakarta- Para ilmuwan dari Universitas Toronto, Kanada, menemukan air tanah di sebuah tambang di Afrika Selatan yang diperkirakan berumur 1,2 miliar tahun. Temuan ini menjadikannya salah satu yang tertua di Bumi.
Air tanah tersebut diperkaya dalam konsentrasi tertinggi produk radiogenik, yaitu elemen yang dihasilkan oleh radioaktivitas, namun ditemukan dalam cairan.
Menurut penelitian, itu menunjukkan bahwa situs air tanah kuno suatu hari nanti berpotensi berfungsi sebagai sumber energi.
Tambang emas dan uranium yang dikenal sebagai Moab Khotsong itu terletak 161 kilometer barat daya Johannesburg dan merupakan lokasi salah satu poros tambang terdalam di dunia.
Temuan baru ini mengikuti penemuan sebelumnya tentang air tanah berusia sekitar 1,8 miliar tahun yang ditemukan selama ekspedisi pada 2013 di tambang Kidd Creek, Ontario.
“Kami sekarang memiliki situs baru yang terletak di suatu tempat berbeda dari penemuan sebelumnya dengan sejarah geologis yang berbeda pula,” kata Oliver Warr, peneliti di departemen ilmu Bumi di Universitas Toronto, seperti dikutip dari Live Science pada Senin (18/7/2022).
Warr menjelaskan cara batu melepaskan air tanah yang berusia miliaran tahun ini mirip dengan cara cairan keluar dari balon air.
Setelah mengumpulkan sampel di Moab Khotsong, Warr dan tim peneliti internasional lainnya memeriksa isinya dan menemukan bahwa air mengandung sifat yang mirip dengan air di Kidd Creek.
Menurut para ahli, dalam kondisi tersebut, air tertahan di celah-celah batu dan seiring waktu, itu menghasilkan uranium yang kemudian meluruh selama jutaan dan bahkan miliaran tahun, menciptakan gas mulia.
Saat gas mulia ini terakumulasi di dalam air, para peneliti dapat mengukur konsentrasinya dan berapa lama air berada di dalam batu.
Warr menjelaskan bahwa sampel yang dikumpulkan mengandung kadar garam yang tinggi serta konsentrasi uranium, helium radiogenik, neon, argon, xenon, dan kripton.
Tim juga menemukan keberadaan hidrogen dan helium, yang keduanya merupakan sumber energi penting.
Temuan ini menawarkan sekilas difusi helium yang tak terlihat di dalam Bumi, sebuah proses penting untuk dipertimbangkan saat manusia menghadapi kekurangan helium yang sedang berlangsung.