BIMATA.ID, JAKARTA-Pembelian properti oleh masyarakat dan investor bisa jadi tak masuk skala prioritas pada tahun ini menyusul adanya pelbagai peristiwa yang terjadi di sepanjang kuartal pertama.
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong mengakui bahwa pasar properti di tahun ini tengah mengalami tantangan hebat, menyusul adanya kasus virus corona baru atau Covid-19 yang turut memukul sektor properti.
“Pasar properti tahun ini akan sangat menantang, selain kasus virus corona, juga daya beli yang menurun,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Lukas menyatakan bahwa saat ini masyarakat akan lebih cenderung menyimpan dananya untuk sekedar jaga-jaga di kemudian hari. Selain itu, lebih mementingkan kebutuhan barang kebutuhan pokok seiring akan datangnya bulan Ramadan pada April mendatang.
Sejalan dengan itu, semua sektor pasar properti jelang Ramadan pun akan turut terkena imbas sehingga sektor ini tak akan terkerek secara signifikan. Lagi pula, kekinian daya beli masyarakat cenderung menurun terlebih untuk kalangan investor.
“Sementara stimulus pemerintah sementara ini hanya kena untuk end user,” katanya.
Meskipun demikian, Lukas menilai bahwa kondisi yang terjadi saat ini dinilai tidak sampai membuat pengembang membanting harga produknya, asalkan terus diimbangi dengan pemberian promo dan gimmick yang lebih menarik.
Secara terpisah, perusahaan agen properti, Promex Indonesia menyatakan bahwa tren setiap tahun permintaan properti jelang Ramadan akan mengalami penurunan untuk daerah Jabodetabek, sedangkan di luar daerah itu cenderung stagnan.
“Tetapi tahun Ini kelihatannya flat untuk bertumbuh, kayaknya susah. Kita hanya bisa bertahan saja dan tetap menjalankan program [penjualan] melalui media sosial,” ujar Chief Executive Officer Promex Indonesia Sulihin Widjaja.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan bahwa sampai pertengahan Maret ini tren pencarian properti di situs jual beli daring Rumah.com masih cenderung stagnan.
Dia menyatakan bahwa efek sentimen wabah virus corona di Indonesia terhadap pasar properti Tanah Air kemungkinan besar akan lebih terlihat di akhir kuartal kedua mendatang.
“Tapi itu juga tergantung dari respon pemerintah terhadap masalah pandemi ini,” ujarnya.
Adapun sebelumnya, langkah pemerintah yang telah menyiapkan insentif Rp1,5 triliun melalui skema subsidi selisih bunga (SSB) sebesar Rp800 miliar dengan tenor selama 10 tahun dan Rp700 miliar untuk subsidi bantuan uang muka (SBUM) dinilai patut untuk dimanfaatkan masyarakat.
“Kebijakan subsidi tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap sektor properti, termasuk membuka peluang bagi generasi milenial yang akan membeli rumah,” kata Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan Ike melalui siaran pers.
Alasannya, konsumen yang menerima SSB hanya akan menanggung bunga 5 persen selama 10 tahun. Sementara untuk SBUM, akan membuat konsumen lebih ringan ketika membayar uang muka pembelian rumah.
Sumber :Ekonomi.bisnis.com
Editor :ZBP