
BIMATA.ID, Jakarta – Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tidak luput dari perhatian pemerintah, dalam upaya memutus rantai kemiskinan melalui misi mencerdaskan anak-anak bangsa. Untuk itu, Presiden Prabowo Subianto menekankan revitalisasi sekolah sebagai salah satu program prioritas nasional.
Hal ini diwujudkan dengan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Kepala Negara menyoroti banyaknya sekolah di Indonesia dalam kondisi rusak dan tidak terurus, sehingga ia menargetkan revitalisasi 13.800 sekolah dan 1.400 madrasah pada 2025.
Untuk mendukung program tersebut, pendidikan sebagai prioritas nasional mendapatkan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbesar dalam sejarah, yakni lebih dari 22 persen. Presiden Prabowo mengingatkan seluruh pihak agar anggaran tersebut digunakan secara tepat dan efisien.
BACA JUGA : Prabowo: Tidak Ada Lagi Kasus Hukum yang ‘Untouchable’ di Republik Ini
“Setiap dana akan dikelola dan digunakan sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat. Kita bisa mempercepat perbaikan sendi-sendi kehidupan bangsa, antara lain memperbaiki semua sekolah di seluruh Indonesia,” ujar Presiden Prabowo.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menjelaskan, program revitalisasi sekolah mengunakan pola swakelola mandiri agar terjadi efisiensi. Hal ini juga mendorong pemberdayaan komunitas sekolah dan masyarakat, yang bisa menciptakan rasa memiliki serta tanggung jawab bersama.
“Anggarannya 16,9 triliun rupiah, Insya Allah bisa kita alokasikan untuk lebih dari 11 ribu satuan pendidikan (pada 2025),” ucap Abdul Mu’ti membeberkan anggaran program tersebut.
Dana anggaran program revitalisasi sekolah disalurkan langsung ke rekening sekolah dan dikelola sekolah, dengan melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaannya. Warga sekitar bisa berpartisipai dalam pekerjaan pembangunan dan diharapkan mampu menggerakkan ekonomi lokal.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Gogot Suharwoto. Program revitalisasi sekolah yang berangkat dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 dilaksanakan melalui skema swakelola, sehingga dananya tidak lagi dikelola Kementerian Pekerjaan Umum.
“Sekolah diberi kewenangan penuh untuk merancang, membelanjakan, membangun, dan wajib mempertanggungjawabkan anggaran secara transparan dan akuntabel, dengan dukungan langsung dari masyarakat dan tenaga profesional,” kata Gogot.
Disambut antusias
Pelaksanaan program revitalisasi sekolah disambut antusias oleh berbagai pihak, tak hanya para guru, tetapi juga para siswa dan orang tua. Terlebih bagi pihak sekolah anak berkebutuhan khusus (ABK), di mana siswa tunarungu dan tunagrahita yang selama ini belajar di ruang kelas yang sama.
Kondisi tersebut disampaikan Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Slawi, Ninik Basri Martini, seraya mengungkapkan proses belajar sangat tidak efektif dan tidak nyaman bagi siswa, sehingga capaian pembelajaran menjadi kurang optimal.
“Jadi, tidak hanya guru yang antusias, tapi orang tua juga sangat bersemangat untuk terlibat dalam program (revitalisasi) ini karena ini adalah hal yang mereka inginkan agar anak-anak bisa mandiri,” tuturnya.
Senada, Muhammad Tarhim, siswa kelas XI SLB Negeri 2 Makassar dengan kebutuhan khusus tunarungu, menyampaikan kebahagiaannya dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan gurunya. Ia berharap, kelas yang dibangun nanti lebih bersih, rapi, serta disediakan kipas angin dan AC.
“Bagus, saya senang,” katanya singkat.
Semenatara itu, Kepala SDN 4 Pendurenan Kota Bekasi, Sri Sulastri, bersyukur atas bantuan revitalisasi sekolah dari pemerintah. Ia melaporkan, ada tiga ruang kelas di sekolahnya mengalami kerusakan hingga 80 persen yang tidak layak digunakan untuk proses belajar mengajar.
“Dana bantuan dari pemerintah akan digunakan untuk memperbaiki ruang kelas yang atapnya roboh,” ucap Sri Sulastri.
Ungkapan bahagia pun disampaikan salah seorang siswa kelas XI Mekatronika UPT SMK Negeri 5 Makassar, Aqilah Althafunnisa. Baginya, ruang belajar yang aman dan layak bukan sekadar bangunan, tetapi juga sebagai ruang tumbuh untuk masa depan.
“Kami sangat senang, akhirnya sekolah diperbaiki. Dulu, beberapa kelas bocor dan tiangnya sudah miring. Harapan saya, setelah revitalisasi selesai, kami bisa belajar lebih nyaman dan semangat,” ujarnya.
Rekan Aqilah dari jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, Zul Jalail Wal Ikram, juga menyampaikan kegembiraan, “Saya paling menunggu perpustakaan baru karena saya suka membaca. Semoga nanti suasananya lebih nyaman dan koleksi bukunya lebih banyak.”lanjutnya.
Dapur menyala
Dengan skema swakelola, program revitalisasi sekolah diharapkan bisa memberdayakan masyarakat setempat dan mampu menghidupkan perekonomian lokal. Para pekerja bangunan di lingkungan sekitar sekolah diberdayakan sehingga pendapatannya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Salah seorang warga lokal yang turut merasakan manfaatnya adalah Kiman, pekerja bangunan yang berpartisipasi dalam revitalisasi SMKN 3 Banyumas, Jawa Tengah. Menurutnya, program ini menjadi ladang pekerjaan bagi masyarakat setempat.
“Kami ikut senang, kami sebagai tukang bangunan juga merasakan manfaatnya. Kami jadi punya pekerjaan dan penghasilan, sehingga dapur kami bisa tetap berasap,” tutur Kiman.
Hal senada diungkapkan Munir, warga sekitar UPT SMK Negeri 5 Makassar yang bekerja sebagai tukang bangunan. Ia merasa sangat terbantu dengan program revitalisasi sekolah yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.
“Saya tertarik ikut karena pekerjaannya lama, jadi ada kepastian penghasilan. Semoga nanti ada kelanjutannya lagi,” kata Munir, seraya berharap program pemerintah ini bisa memberikan lebih banyak manfaat untuk warga.
Manfaat secara ekonomi juga dirasakan Esyanto, seorang pekerja bangunan revitalisasi SMK Farmasi Sekesal Hang Tuah, Surabaya. Setidaknya, ia dan warga sekitar sekolah kini terbebas dari status pengangguran dan bisa punya penghasilan untuk menafkahi keluarga.
“Manfaatnya banyak, bisa mengurangi pengangguran karena orang-orang bisa kerja di sini. Daripada nganggur, kami bisa bantu ekonomi keluarga,” ucapnya.
Ya, selain meningkatkan mutu pendidikan, program revitalisasi sekolah terbukti memberi dampak nyata di sektor ekonomi. Tidak hanya mengurangi angka pengangguran, program ini juga menghidupkan roda ekonomi yang turut dirasakan oleh pengusaha lokal.
“Melalui swakelola, sekolah bisa membeli bahan-bahan bangunan langsung dari toko-toko material di sekitar sekolah, sehingga dana bantuan pemerintah dapat langsung menyentuh pelaku usaha lokal,” ujar Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Nia Nurhasanah.
“tukang bangunan, pengrajin, dan pekerja lokal juga dilibatkan, sehinga program ini menjadi stimulus ekonomi masyarakat.”imbuhnya.




