
BIMATA.ID, Jakarta – Koperasi telah menjadi denyut kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia selama lebih dari satu abad. Berakar dari semangat gotong royong dan asas kekeluargaan, gerakan koperasi terus berevolusi, dari inisiatif kecil di daerah hingga kini menjadi program strategis pemerintah nasional.
Tahun ini, Indonesia kembali memperingati Hari Koperasi Nasional ke-78 yang jatuh setiap tanggal 12 Juli. Mengusung tema “Koperasi Maju, Indonesia Adil dan Makmur”, peringatan ini bukan sekadar seremonial, tapi momentum untuk menyegarkan kembali semangat kebangsaan dan keadilan sosial melalui ekonomi kerakyatan.
Baca Juga: Lewat Diplomasi Langsung, Prabowo Raih Penurunan Tarif Impor dari Trump
Jejak Sejarah: Dari Purwokerto Menuju Gerakan Nasional
Sejarah mencatat cikal bakal koperasi di Indonesia dimulai pada tahun 1896 oleh Raden Aria Wiria Atmaja, Patih di Purwokerto, Jawa Tengah. Ia mendirikan Hulp- en Spaarbank atau Bank Pertolongan dan Tabungan, setelah menyaksikan para pegawai negeri menderita akibat jeratan utang rentenir.
Langkah ini terinspirasi dari koperasi simpan pinjam di Jerman dan bertujuan menyediakan akses permodalan murah bagi masyarakat. Gerakan ini kemudian menyebar luas dan diadopsi oleh organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam yang menjadikannya alat perjuangan ekonomi rakyat.
Hari Koperasi dan Peran Bung Hatta
Tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai Hari Koperasi Nasional melalui Kongres Koperasi I yang digelar di Tasikmalaya pada 1947. Kongres ini juga menetapkan pembentukan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) sebagai wadah perjuangan koperasi nasional.
Tak bisa dilepaskan dari sejarah koperasi adalah nama Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama RI, yang menyebut koperasi sebagai “soko guru perekonomian nasional.” Atas dedikasinya, Bung Hatta dianugerahi gelar Bapak Koperasi Indonesia dalam Kongres Koperasi II di Bandung tahun 1953.
Era Baru: Gebrakan 80 Ribu Koperasi Desa
Memasuki usia ke-78, semangat koperasi mendapat dorongan baru lewat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2025 di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah meluncurkan program ambisius untuk membentuk 80.000 Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di seluruh pelosok tanah air.
Program ini bertujuan merevitalisasi ekonomi desa dengan memangkas rantai distribusi hasil pertanian, menyediakan akses pembiayaan yang adil, dan memberantas praktik pinjaman ilegal yang merugikan rakyat kecil.
Lebih jauh, Kopdes Merah Putih juga diarahkan untuk memperkuat kemandirian pangan nasional, mengangkat daya saing pelaku UMKM, serta meletakkan fondasi ekonomi kerakyatan menuju Indonesia Emas 2045.
Simak Juga: Presiden Prabowo Bahas Isu Global dan Konflik Palestina saat Jamuan Makan Malam dengan Macron




