Pelajaran dari Singapura: AC sebagai Investasi Tak Terduga untuk Kemajuan

BIMATA.ID, Jakarta – Singapura adalah contoh negara yang berhasil bertransformasi dari wilayah miskin menjadi kekuatan ekonomi dunia. Sejak merdeka pada 1965, negara ini mengalami perkembangan pesat di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Berkat berbagai kebijakan strategisnya, Singapura mencatatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 8% setiap tahun selama tiga dekade.
Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan ini adalah penggunaan pendingin udara atau air conditioner (AC). Mungkin terdengar sederhana, tetapi AC menjadi elemen penting dalam menunjang produktivitas dan efisiensi kerja, sesuatu yang juga banyak digunakan di Indonesia. Di Tanah Air, penjualan AC terus meningkat, dengan konsumsi rumah tangga mencapai 4 juta unit pada tahun 2024, belum termasuk pemakaian di perkantoran dan gedung lainnya.
Saat memimpin Singapura, Lee Kuan Yew menyadari bahwa negaranya memiliki keterbatasan sumber daya alam dan berada di antara dua negara besar, Indonesia dan Malaysia. Dalam autobiografinya The Singapore Story (2012), ia mengungkapkan bahwa solusi terbaik untuk menutupi kekurangan ini adalah dengan menciptakan sumber daya manusia yang unggul.
Baca Juga: Presiden Prabowo: Pers Pilar Demokrasi, Waspadai Isu Pemecah Belah
Investasi besar dilakukan di sektor pendidikan, dengan mengirim pelajar terbaik ke luar negeri agar mereka kembali membangun Singapura. Selain itu, Lee juga menerapkan kebijakan yang meningkatkan kenyamanan kerja, khususnya bagi pegawai negeri yang bertanggung jawab atas layanan publik. Dalam wawancara dengan jurnalis Nathan Gardels pada 2009, ia menyebut kebijakan pertamanya sebagai Perdana Menteri adalah memasang AC di kantor-kantor pemerintahan.
Menurut Lee, AC memungkinkan pekerja tetap fokus dan produktif sepanjang hari tanpa terganggu suhu panas. Tanpa AC, banyak orang hanya bisa bekerja maksimal di pagi hari atau sore menjelang malam karena cuaca panas membuat tubuh cepat lelah. Dalam pernyataannya, ia bahkan menyebut pendingin udara sebagai salah satu penemuan terpenting dalam sejarah karena berhasil mengubah kehidupan di daerah tropis.
Pernyataan Lee Kuan Yew sejalan dengan berbagai penelitian modern. Sebuah studi berjudul The Impact of Temperature on Manufacturing Worker Productivity (2018) yang dilakukan oleh peneliti China menemukan bahwa bekerja dalam suhu tinggi berdampak buruk pada kemampuan berpikir, memori, dan kinerja pekerja secara keseluruhan. Sebaliknya, lingkungan kerja yang lebih sejuk meningkatkan konsentrasi dan efektivitas dalam menyelesaikan tugas.
Inilah mengapa AC menjadi solusi penting bagi negara-negara tropis yang ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerja mereka.
Selain memasang AC di perkantoran, Lee Kuan Yew juga melihat industri pendingin udara sebagai sektor strategis yang perlu didukung oleh pemerintah. Dalam bukunya From Third World to First: The Singapore Story 1965-2000 (2000), ia mengungkapkan bahwa pemerintah Singapura memberikan insentif dan perlindungan bagi industri AC, menjadikannya salah satu sektor yang berkembang pesat di negara tersebut.
Berkat berbagai kebijakan ini, perekonomian Singapura mengalami lonjakan yang luar biasa. Data dari World Economic Forum menunjukkan bahwa GDP per kapita negara itu meningkat drastis dari hanya US$500 pada tahun 1965 menjadi US$14.500 pada tahun 1991. Bahkan sejak 1973, angka kemiskinan di Singapura nyaris nol.
Pengalaman Singapura menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu harus berasal dari teknologi canggih atau sumber daya alam yang melimpah. Terkadang, hal sederhana seperti memastikan kenyamanan kerja dengan memasang AC bisa memberikan dampak luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pelajaran dari Lee Kuan Yew ini menunjukkan bahwa kebijakan kecil yang tepat sasaran dapat membantu sebuah negara bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi global.
Simak Juga: Prabowo Pimpin Sidang Perdana Dewan Pertahanan Nasional: Melindungi Rakyat adalah Tujuan Nasional