BIMATA.ID, Jakarta – Transparency International Indonesia (TII) yang bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatakan bahwa partai Gerindra merupakan partai paling transparan dalam mengelola keuangan tahun 2023.
Adapun sosok yang membuat Gerindra menjadi partai yang paling transparan dalam mengelola keuangan tak lain dan tak bukan adalah Thomas Djiwandono di balik pencapaian Gerindra itu.
Dalam laporannya, TII menyebut Gerindra, partai yang dikomandoi oleh Prabowo Subianto, masuk kategori cenderung optimal dalam pengelolaan keuangan.
Baca Juga : Beri Arahan ke 40 Nakes yang akan Tugas Misi Kemanusiaan di Gaza, Prabowo: RI Harus Tunjukkan Solidaritas
Sementara itu, delapan partai lainnya yang berada di DPR RI dikategorikan cenderung tidak optimal.
“Pada dimensi regulasi keuangan internal, satu partai politik (Gerindra) terkategori cenderung optimal dan delapan partai politik (PDIP, Golkar, NasDem, PKB, Demokrat, PKS, PAN, dan PPP) terkategori cenderung tidak optimal,” tulis laporan tersebut, Kamis (08/08/2024).
Salah satu sosok yang berperan membuat Gerindra menjadi partai transparan adalah Thomas Djiwandono.
Thomas merupakan Bendahara Umum Partai Gerindra dan kini juga menjabat Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II, Thomas diketahui telah menjabat sebagai Bendahara Umum Gerindra sejak 2008.
Thomas pernah menyampaikan Gerindra sangat mengutamakan keterbukaan publik untuk urusan pengelolaan keuangan.
Hal tersebut diungkapkannya dalam Seminar Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tahun 2024 beberapa waktu lalu.
“Secara pribadi saya melihat keterbukaan publik merupakan suatu yang luar biasa pentingnya untuk suatu partai politik. Di Gerindra menerapkan itu di level DPP,” ungkapnya.
Thomas pun ingin mempraktikkan pengalaman di partai politik itu di level kementerian.
Dia menjelaskan, publik harus bisa mengakses beragam informasi, termasuk soal anggaran yang dikelola pemerintah.
“Publik perlu mampu mengakses beragam informasi mengenai apa yang dikerjakan para pejabat publik, dari mana sumber anggarannya, bagaimana anggaran itu dikelola, apa dampak dari alokasi anggaran yang diputuskan dan lain sebagainya,” jelasnya.
Sebagai informasi, Karier Thomas di dunia keuangan bukan baru kemarin sore. Kariernya bermula dari seorang wartawan pada 1993.
Setelahnya, Thomas menggeluti profesi sebagai analisis keuangan di Whetlock NatWest Securities, Hong Kong. Pada 2006, Tommy pindah ke perusahaan pamannya, Hashim Djojohadikusumo, di Arsari Group. Dia menjabat Deputy CEO Arsari Group.
Thomas tercatat menempuh pendidikan S1 bidang sejarah di Haverford College Pennsylvania.