BeritaKesehatan

Kemenkes : Perubahan Iklim Pada 2024 Buat Kasus DBD Kembali Naik

BIMATA.ID, Jakarta – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan pada 2023 mereka berhasil menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dari 143 ribu ke 115 ribu, namun perubahan iklim pada 2024 membuat kasus DBD kembali naik.

Imran mengatakan, sistem diagnosis Dengue perlu ditingkatkan agar dapat mengetahui penyakit yang bersifat zoonosis serta yang disebabkan oleh lingkungan.

“Kita butuh deteksi, seperti yang Pak Menteri bilang, yang menyebut tentang rapid test, karena ini perlu didistribusikan di fasilitas kesehatan dasar kita, karena Dengue memiliki (konsekuensi) yang parah apabila telat ditangani,” kata Imran, Selasa (23/04/2024).

Baca Juga : Jika Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, PDIP Dinilai Tak Punya Nilai Jual

Dirinya menjelaskan, setelah COVID-19, gejala-gejala Dengue sudah tidak lagi berupa gejala klasik, sehingga perlu diwaspadai, sekitar 50 persen kasus Dengue tidak memiliki gejala.

Oleh karena itu, menurutnya, perlu adanya sistem yang sensitif guna mendeteksi penyakit tersebut.

“Perubahan iklim tak hanya membebani pelayanan kesehatan, karena membuat kasus semakin naik dan naik, tetapi kami juga menimbang bahwa perubahan iklim akan membebani sistem kesehatan. Sebagai contoh, kekeringan,” tuturnya.

Ketika desa diterpa kekeringan, ucap dia, orang-orang pun pindah ke kota, ketika pindah ke kota, maka kota semakin padat dan hal itu dapat membuat kasus semakin naik.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut bahwa penyakit-penyakit arboviral mengancam kesehatan serta perekonomian secara global.

Tedros mengatakan bahwa cakupan geografis arbovirus semakin besar karena adanya urbanisasi, perubahan iklim, serta penambahan populasi nyamuk yang sangat cepat.

“Pada 2023 lebih dari enam juta kasus Dengue dilaporkan secara global dan sekitar tiga juga kasus sudah dilaporkan tahun ini, meskipun musim pancaroba paling intens belum mulai di sejumlah daerah,” pungkasnya.

Tags

Related Articles

Bimata
Close