BIMATA.ID, JAKARTA – Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika membeberkan sejumlah dampak buruk dari harga beras yang agresif menjelang tahun politik 2024.
Diketahui, harga beras telah melonjak signifikan dalam beberapa waktu terakhir, bahkan semakin menggila memasuki paruh kedua 2023.
Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata – rata harga beras medium per/hari ini 18 September 2023 telah menyentuh di harga Rp12.930 per/kilogram (kg).
Baca juga: AHY Minta Prabowo Untuk Lanjutkan Kebijakan Jokowi
Padahal harga eceran tertinggi (HET) beras medium dalam Perbedan No. 7/2023 ditetapkan sebesar Rp10.900 – Rp11.800 pe/kg.
“Kalau ini dibiarkan apalagi menjelang musim politik, kalau terjadi di musim politik ini digoreng-goreng, waduh. Polemik harga beras yang berkepanjangan ini dapat memunculkan dampak yang lebih serius,” ujar Yeka Hendra Fatika dalam konferensi pers, Senin (18/09/2023).
Menurutnya, lonjakan harga beras yang berkepanjangan akan memicu inflasi, serta dapat meningkatkan angka kemiskinan, pelayanan publik terganggu, hingga dapat mengancam stabilitas keamanan politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Lihat juga: Prabowo Jadi Capres Top of Mind Pilihan Masyarakat Jawa Timur
Kemudian, terkait data Badan Pusat Statistik (BPS) telat mencatat inflasi harga beras pada Agustus 2023 sebesar 13,76 persen (year-on-year/yoy) lalu menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015 sebesar 13,44 persen (yoy).
Selain itu, Ia juga telah mengidentifikasi sejumlah penyebab krisis beras pada saat ini dengan adanya fenomena El Nino yang telah membuat produksi tertekan.
Sekedar informasi, berdasarkan catatan BPS, luas lahan pertanian dan produksi padi juga semakin menurun pada Agustus 2023 turun 1,55 persen (mtm) jika dibandingkan luas panen pada Juli 2023. Sedangkan, produksi gabah pada Agustus 2023 turun 4,01 persen.
Simak juga: Petani Cianjur: Prabowo Sosok yang Berdaulat Setia dengan Rakyat
