BIMATA.ID, Jakarta — Organisasi Wanita Tani Indonesia (HKTI) menggelar perayaan Hari Ibu ke-97 yang dirangkai dengan Hari Ulang Tahun FORHATI serta Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2025.
Acara berlangsung di Ruang Abdul Muis, Kompleks DPR/MPR RI, Senin (9/12/2025), dan dihadiri berbagai organisasi perempuan, tokoh nasional, serta mitra strategis pemberdayaan perempuan.
Hadir dalam kegiatan ini Ketua MPR RI H. Ahmad Muzani, Direktur Utama Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi, Sekjen HKTI Abdul Kadir Karding, Presidium KAHMI Abdullah Puteh, serta sejumlah tokoh perempuan dari berbagai lembaga dan komunitas.
Suasana acara berlangsung hangat namun penuh keprihatinan. Sebelum memasuki agenda utama, Ketua Umum Wanita Tani Indonesia (HKTI) Anita Aryani menyampaikan belasungkawa mendalam atas bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
“Sebagaimana apa yang disampaikan oleh pembicara sebelumnya, kita berbelasungkawa, berduka cita terhadap saudara-saudara kita, khususnya Aceh, Sumatera Utara, dan Sumbar. Semoga Allah memberikan gantinya yang lebih baik lagi,” ujar Anita, disambut keheningan hadirin.
Anita menjelaskan alasan digelarnya tiga momentum besar sekaligus—Hari Ibu ke-97, HUT FORHATI, dan Rapimnas Wanita Tani 2025.
Menurutnya, seluruh kegiatan memiliki benang merah yang sama penguatan kapasitas perempuan sebagai pilar pembangunan bangsa sebagai garda terdepan menjaga ketahanan pangan.
Hari Ibu diperingati untuk menghormati perjuangan perempuan Indonesia sejak Kongres Perempuan 1928. HUT FORHATI menegaskan peran kaum intelektual perempuan dalam dunia sosial, dakwah, dan pendidikan.
Sementara Rapimnas Wanita Tani menjadi ruang konsolidasi nasional bagi seluruh jaringan perempuan petani di Indonesia dengan harapan hadir semangat Hari Ibu ke dalam gerakan real, gerakan yang memperkuat perempuan di desa, perempuan petani, perempuan UMKM, serta seluruh komunitas yang menjadi penggerak ekonomi keluarga.
Acara resmi dibuka oleh Ketua MPR RI H. Ahmad Muzani dengan penabuhan gong. Sebelumnya, diluncurkan buku Wanita Tani Indonesia HKTI, sebuah dokumentasi perjalanan organisasi, sejarah serta kontribusi wanita dalam sektor pertanian nasional.
Peluncuran buku tersebut menjadi simbol bahwa perempuan Indonesia tidak hanya merawat keluarga, tetapi juga menjaga ketahanan pangan, mengembangkan usaha mikro, dan menjadi penggerak ekonomi desa.
Muzani mengapresiasi kiprah Wanita Tani HKTI yang dianggap konsisten hadir dalam pemberdayaan perempuan desa di seluruh Indonesia. Ia menegaskan bahwa perempuan Indonesia, termasuk para petani perempuan, memiliki posisi penting dalam visi besar Indonesia Emas 2045.
Rangkaian acara semakin bermakna dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Wanita Tani HKTI dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Kerja sama ini ditujukan untuk memperkuat akses permodalan dan pendampingan usaha bagi kelompok wanita tani di seluruh Indonesia.
