
BIMATA.ID, KUNINGAN — Suasana sejuk kaki Gunung Ciremai hari ini, Selasa 25 November 2025, terasa berbeda karena di Villa De La Tina, Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, tampak lebih ramai dari biasanya.
Sekelompok anak muda terlihat berkumpul sambil berbincang santai, sesekali tertawa, lalu sesekali mengarahkan pandangan pada pepohonan tinggi dan terasering sawah di bukit yang mengelilingi tempat tersebut. Kehadiran mereka bukan sekadar untuk berekreasi, melainkan mengikuti kegiatan bertajuk “Pendidikan Karakter dan Wawasan Kebangsaan” yang sengaja dikemas dengan cara unik oleh Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj. Tina Wiryawati, SH., MM.
BACA JUGA: Prabowo Gelar Atensi Penertiban Kawasan Hutan dan Pertambangan di Hambalang
Menjadi terobosan Tina mengganti pola sosialisasi yang biasanya berlangsung dalam ruangan tertutup dan monoton bukan tanpa alasan.
Politisi Partai Gerindra ini melihat generasi muda masa kini tumbuh dalam suasana yang serba cepat dan kritis, sehingga penyampaian yang kaku dan membosankan sulit membuat mereka nyaman hingga bisa mencerna materi pendidikan.
“Anak muda sekarang yang disebut sebagai Generasi Zilenial (Gen Z), lebih mudah menerima pesan ketika suasananya masuk frekuensi kekinian, dan memberi ruang untuk bergerak bebas,” ujar Tina.
Pandangan itu muncul setelah ia beberapa kali melihat kegiatan sosialisasi Wawasan Kebangsaan yang hanya berupa ceramah panjang tanpa kesempatan interaksi. Banyak peserta terlihat kurang fokus bahkan menguap, seolah pesan penting mengenai cinta tanah air hanya lewat sebagai angin lalu. Karena itulah Tina merasa perlu menghadirkan suasana berbeda yang membuat peserta benar-benar meresapi materi.
BACA JUGA: Lansia di Tangerang Dapat Bantuan Becak Listrik dari Prabowo: Enak Nggak Gowes Lagi
Satu langkah diambilnya dengan mengajak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Barat merancang kegiatan yang dekat dengan alam. Peserta diajak keluar dari ruangan dan merasakan udara segar sambil mengikuti rangkaian kegiatan yang tidak hanya mengandalkan penjelasan, tetapi juga pengalaman langsung.
“Cara ini diharapkan mampu membuka perasaan peserta bahwa cinta tanah air bisa dimulai dari hal sederhana seperti menikmati keindahan alam tempat tinggalnya,” terangnya.
Banyak peserta terlihat kurang fokus bahkan menguap, seolah pesan penting mengenai cinta tanah air hanya lewat sebagai angin lalu. Karena itulah Tina merasa perlu menghadirkan suasana berbeda yang membuat peserta benar-benar meresapi materi. Satu langkah diambilnya dengan mengajak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Barat merancang kegiatan yang dekat dengan alam. Peserta diajak keluar dari ruangan dan merasakan udara segar sambil mengikuti rangkaian kegiatan yang tidak hanya mengandalkan penjelasan, tetapi juga pengalaman langsung.
BACA JUGA: Prabowo Lantik Ketua dan Anggota Komisi Percepatan Reformasi Polri
“Cara ini diharapkan mampu membuka perasaan peserta bahwa cinta tanah air bisa dimulai dari hal sederhana seperti menikmati keindahan alam tempat tinggalnya,” terangnya.
Semangat tersebut terlihat dari pemilihan narasumber yang hadir. Anggota DPRD Jabar ini menghadirkan pemerhati satwa, pegiat alam terbuka, serta tokoh lingkungan yang banyak dikagumi anak muda. Mereka berbagi cerita tentang kekayaan alam Indonesia, peran satwa, hingga ancaman kerusakan yang kini mulai terlihat. Kisah-kisah itu mengalir seperti rangkaian pengalaman yang membuat para peserta merasa dekat dengan persoalan kebangsaan tanpa merasa digurui.
Beberapa peserta tampak antusias ketika narasumber mengangkat isu perlindungan satwa langka. Mereka mulai menyadari bahwa menjaga kehidupan satwa bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga bagian dari menjaga kehormatan bangsa.
“Ketika generasi muda mencintai alamnya, mereka akan otomatis menjaga negeri ini tanpa harus disuruh,” jelas Tina.
Keyakinan itu diperkuat dengan konsep kegiatan yang memberi ruang bagi peserta untuk bergerak, bertanya, dan menunjukkan pandangan mereka. Suasana yang akrab membuat mereka lebih terbuka, bahkan ada yang mengungkapkan kekhawatiran serta harapan mereka terhadap masa depan bangsa. Tina Wiryawati berharap pola seperti ini mampu menjadi benteng awal bagi generasi muda agar tidak mudah terpengaruh hal-hal yang dapat memecah persatuan.
Ia ingin karakter kuat tertanam sejak sekarang sebagai bekal menuju Indonesia Emas 2045, karena masa depan bangsa berada di tangan generasi muda yang hadir pada kegiatan semacam ini.
Menjadi terobosan Tina mengganti pola sosialisasi yang biasanya berlangsung dalam ruangan tertutup dan monoton bukan tanpa alasan.
2026 Politisi Partai Gerindra ini melihat generasi muda masa kini tumbuh dalam suasana yang serba cepat dan kritis, sehingga penyampaian yang kaku dan membosankan sulit membuat mereka nyaman hingga bisa mencerna materi pendidikan.
“Anak muda sekarang yang disebut sebagai Generasi Zilenial (Gen Z), lebih mudah menerima pesan ketika suasananya masuk frekuensi kekinian, dan memberi ruang untuk bergerak bebas,” ujar Tina.
BACA JUGA: Momen Prabowo Resmikan Stasiun Tanah Abang Baru: Peluk Bocah dan Ajak Ngobrol Ibu-Ibu di KRL
Pandangan itu muncul setelah ia beberapa kali melihat kegiatan sosialisasi Wawasan Kebangsaan yang hanya berupa ceramah panjang tanpa kesempatan interaksi. Banyak peserta terlihat kurang fokus bahkan menguap, seolah pesan penting mengenai cinta tanah air hanya lewat sebagai angin lalu. Karena itulah Tina merasa perlu menghadirkan suasana berbeda yang membuat peserta benar-benar meresapi materi. Satu langkah diambilnya dengan mengajak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Barat merancang kegiatan yang dekat dengan alam. Peserta diajak keluar dari ruangan dan merasakan udara segar sambil mengikuti rangkaian kegiatan yang tidak hanya mengandalkan penjelasan, tetapi juga pengalaman langsung.
“Cara ini diharapkan mampu membuka perasaan peserta bahwa cinta tanah air bisa dimulai dari hal sederhana seperti menikmati keindahan alam tempat tinggalnya,” terangnya.
Semangat tersebut terlihat dari pemilihan narasumber yang hadir. Anggota DPRD Jabar ini menghadirkan pemerhati satwa, pegiat alam terbuka, serta tokoh lingkungan yang banyak dikagumi anak muda. Mereka berbagi cerita tentang kekayaan alam Indonesia, peran satwa, hingga ancaman kerusakan yang kini mulai terlihat. Kisah-kisah itu mengalir seperti rangkaian pengalaman yang membuat para peserta merasa dekat dengan persoalan kebangsaan tanpa merasa digurui. Beberapa peserta tampak antusias ketika narasumber mengangkat isu perlindungan satwa langka. Mereka mulai menyadari bahwa menjaga kehidupan satwa bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga bagian dari menjaga kehormatan bangsa.
“Ketika generasi muda mencintai alamnya, mereka akan otomatis menjaga negeri ini tanpa harus disuruh,” jelas Tina.
Keyakinan itu diperkuat dengan konsep kegiatan yang memberi ruang bagi peserta untuk bergerak, bertanya, dan menunjukkan pandangan mereka. Suasana yang akrab membuat mereka lebih terbuka, bahkan ada yang mengungkapkan kekhawatiran serta harapan mereka terhadap masa depan bangsa. Tina Wiryawati berharap pola seperti ini mampu menjadi benteng awal bagi generasi muda agar tidak mudah terpengaruh hal-hal yang dapat memecah persatuan. Ia ingin karakter kuat tertanam sejak sekarang sebagai bekal menuju Indonesia Emas 2045, karena masa depan bangsa berada di tangan generasi muda yang hadir pada kegiatan semacam ini.
Harapan serupa disampaikan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Barat, Drs. Wahyu Mijaya, S.H., M.Si. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menumbuhkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
“Rasa cinta tanah air, tidak datang seketika, tetapi tumbuh dari pembiasaan serta pengalaman yang menyentuh hati,” katanya.
BACA JUGA: Prabowo Puji K-Pop, Tunjukkan Diplomasi Hangat di Korea Selatan
Wahyu menambahkan bahwa pembentukan karakter menjadi langkah penting agar generasi mendatang tumbuh dengan keyakinan moral dan nilai budaya. Ia menyebut anak muda sebagai kelompok yang menentukan arah masa depan, sehingga penanaman cinta tanah air harus dilakukan sejak mereka masih dalam tahap pencarian jati diri.
Kegiatan di Kuningan ini pun menjadi contoh bahwa wawasan kebangsaan bisa disampaikan secara menyenangkan tanpa menghilangkan nilai pentingnya. Peserta diharapkan selesai mengikuti giat ini, pulang dengan senyum dan cerita baru, seolah mereka menemukan cara sederhana untuk mencintai bangsa, “mulai dari mencintai alam yang selama ini ada di sekitar mereka,” pungkasnya




