
BIMATA.ID, Jakarta – Indonesia semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu penopang utama perdagangan pangan dunia. Hal ini terlihat dari pertemuan bilateral antara Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono, dengan Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Maierdan Mugaiti, yang berlangsung di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Dalam pertemuan itu, pemerintah Tiongkok secara langsung menyampaikan permintaan khusus kepada Indonesia terkait jaminan pasokan crude palm oil (CPO). “Hari ini kami menerima Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan dari RRT dan pertemuannya berjalan produktif. Dari pertemuan tersebut, pihak Tiongkok meminta jaminan suplai untuk CPO, termasuk juga karet alam dan sarang burung walet,” ujar Wamentan Sudaryono.
Sudaryono yang akrab disapa Mas Dar menegaskan bahwa permintaan tersebut menjadi bukti nyata bahwa sawit Indonesia adalah komoditas strategis yang diakui dunia, sekaligus memperlihatkan kepercayaan global terhadap ketahanan pangan Indonesia.
Ia menambahkan, kebutuhan jangka panjang minyak sawit akan terus dipenuhi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun pasar ekspor. “Tiongkok meminta kepastian pasokan CPO untuk jangka panjang. Mereka melihat kebutuhan minyak sawit di negaranya terus meningkat, sementara Indonesia adalah produsen terbesar di dunia,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mas Dar menyampaikan bahwa pemerintah memastikan produktivitas perkebunan sawit nasional terus diperkuat, agar mampu mendukung program energi terbarukan B50 sekaligus menjamin keberlanjutan ekspor. “Kami pastikan produktivitas sawit terus diperkuat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri termasuk mendukung program energi B50, juga memastikan suplai ekspor tetap terjamin,” tambahnya.
Selain kelapa sawit, pembahasan juga mencakup peluang kerja sama di sektor lain, seperti karet alam, sarang burung walet, hortikultura unggulan seperti durian, hingga subsektor peternakan.
Baca Juga: Presiden Prabowo: Pemimpin Harus Berani, Bekerja Keras, dan Tulus untuk Rakyat
Data perdagangan mencatat bahwa Indonesia memperoleh surplus perdagangan dengan Tiongkok sebesar USD 1,77 miliar pada 2024. Komoditas ekspor utama di antaranya kelapa sawit (USD 2,72 miliar), sarang burung walet (USD 428 juta), karet (USD 363 juta), kelapa (USD 270 juta), dan kakao (USD 218 juta).
Wamentan juga menekankan pentingnya membuka jalur perdagangan langsung ke Tiongkok tanpa melalui negara ketiga, sehingga skema business-to-business bisa lebih efisien sekaligus memberikan keuntungan langsung kepada petani. “Indonesia banyak ekspor ke negara lain, misalnya durian ataupun perunggasan. Nah negara lain itu ekspor lagi ke Tiongkok. Maka salah satu permintaan dari kita adalah bagaimana kita bisa mengakses pasar langsung tanpa harus melalui negara lain, jadi bisa langsung ke Tiongkok,” terangnya.
Kerja sama Indonesia–Tiongkok tidak hanya mencakup perdagangan, tetapi juga penelitian bersama. Salah satunya terkait pengembangan varietas padi unggul yang tahan terhadap kondisi rawa maupun pesisir sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan pangan nasional.
Di akhir pernyataannya, Mas Dar menegaskan bahwa setiap bentuk kolaborasi harus menghadirkan manfaat nyata. “Kita ingin bekerja sama dengan siapa pun selama kerja sama itu menguntungkan kepentingan nasional kita.”
“Di pertanian, kepentingan nasional kita adalah meningkatkan produksi, mengurangi impor, menaikkan ekspor, menambah devisa, dan harus membawa kesejahteraan bagi petani kita,” pungkasnya.
Simak Juga:




