
BIMATA.ID, Jakarta- Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi gizi individu, terutama di kalangan anak-anak dari keluarga miskin. Hal ini diungkapkan Hanief Saha Ghafur, pakar pendidikan sekaligus Guru Besar Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI).
Hasil riset menunjukkan, keluarga miskin di perkotaan ternyata lebih banyak mengonsumsi gorengan daripada makanan pokok seperti nasi. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi sehingga mereka menganggap makan nasi adalah sesuatu yang mahal.
Hanief juga menuturkan hasil penelitian yang dilakukan Prof. Parsudi Suparian di Pasar Gaplok, Senen, Jakarta, yang menemukan bahwa asupan masyarakat miskin didominasi makanan tinggi karbohidrat yang rendah nutrisi, di mana tidak mendukung perkembangan otak dan kualitas pendidikan anak.
“Kalau sekadar makan mi dan nasi, itu karbo semua. Jadi bukan gizinya makin meningkat, tapi tidak mengembangkan gizi yang kuat bagi nutrisi otak,” ujar Hanief.
Terkait masalah ini, Hanief menilai pentingnya program pemerintah di sektor pangan untuk meningkatkan gizi dan nutrisi menjadi salah satu prioritas. Menurutnya, pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan suatu kebijakan strategis nasional yang sangat tepat untuk meningkatkan mutu.
“Program MBG ini memang luar biasa dan itu sudah menjadi komitmen Presiden Prabowo sejak awal dilantik. Langsung bergerak, yang diumumkan lebih dahulu adalah kemiskinan dan penguatan nutrisi bagi anak,” ucapnya.
(Sumber: https://www.bgn.go.id/news/artikel/guru-besar-ui-sebut-mutu-pendidikan-ditentukan-oleh-gizi-anak-mbg-jawaban-atas-ketimpangan)
Wujudkan Visi Misi
Pelaksanaan program MBG tentu menjadi perwujudan dari salah satu visi misi Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat kampanye Pemilihan Presiden 2024. Prabowo optimistis bahwa program MBG ini berpotensi untuk menyelesaikan masalah fundamental Indonesia, khususnya stunting pada anak.
Lewat program MBG, Prabowo ingin memberikan asupan makanan bergizi kepada semua anak Indonesia, menghapuskan kemiskinan ekstrem, dan secara penuh menggunakan hasil panen dari petani dan nelayan. Ia juga mengatakan, program ini bisa memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia minimal 1,5 hingga 2 persen.
“Dengan demikian, kita menyelesaikan masalah-masalah fundamental untuk memperbaiki kualitas hidup rakyat Indonesia, menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia,” tegas Prabowo.
Berdasarkan data World Food Programme (WFP), program pemberian makan bergizi gratis terbukti membantu 418 juta siswa di seluruh dunia, yakni dari 76 negara. Program ini juga berhasil menciptakan lebih dari 4 juta lapangan pekerjaan.
Selain bertujuan untuk meningkatkan gizi dan nutrisi anak, program MBG di berbagai negara juga terbukti mengurangi angka absensi dan putus sekolah. Hal ini juga berdampak positif pada kesehatan dan prestasi akademik anak, sekaligus mengurangi beban ekonomi keluarga.
(Sumber: https://www.tempo.co/ekonomi/4-tujuan-utama-program-makan-siang-gratis-ala-prabowo-81928)
Di Luar Ekspektasi
Selama 11 bulan, pelaksanaan program MBG sudah menjangkau hampir 30 juta penerima manfaat. Bagi Presiden Prabowo, keberhasilan tersebut adalah pencapaian penting karena program pemerintah ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat hingga ke tingkat desa.
Kebutuhan bahan pangan untuk program ini berasal dari desa dan kecamatan, sehingga petani dan peternak memiliki pasar yang terjamin. Program ini terbukti berhasil menghidupkan ekonomi rakyat karena setiap hari membutuhkan ketersediaan telur, sayur, ayam, dan bahan pangan lainnya dari desa atau kecamatan itu sendiri.
Presiden Prabowo mengatakan, pelaksanaan program MBG menjadi strategis dan hasilnya di luar ekspektasi. Dengan berjalannya program ini, pemerintah juga bisa menciptakan lapangan kerja baru bahkan mencapai 1,5 juta lapangan kerja di awal 2026 mendatang.
“Dalam 11 bulan, kita sudah membuktikan dengan iktikad baik, tujuan yang baik, hati yang ikhlas, cinta Tanah Air dan cinta rakyat, kita bisa berbuat banyak. Program ini menjadi sesuatu yang di luar ekspektasi kita,” ujar Prabowo.
Ia menambahkan, alokasi anggaran program MBG mendekati 335 triliun rupiah siap digelontorkan pada tahun depan. Dana tersebut akan langsung mengalir ke desa-desa, membalik arus yang sebelumnya terkonsentrasi di kota besar. Sehingga diharapkan, pertumbuhan ekonomi rakyat semakin meningkat.
Presiden Prabowo menegaskan, target program MBG adalah menjangkau 82 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Ia bangga dengan pencapaian 30 juta penerima manfaat dalam 11 bulan dan tentunya ingin menjangkau 52 juta anak lagi. Pencapaian ini jauh melebihi pengalaman Brasil yang membutuhkan waktu 11 tahun untuk menjangkau 40 juta penerima manfaat.
Tantangan dan Solusi
Terlepas dari keberhasilan pelaksanaan program MBG, Presiden Prabowo mengakui masih ada tantangan di lapangan seperti terjadinya keracunan makanan. Namun menurutnya, jumlah kasus tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan skala program yang berjalan.
Kepala Negara menyebut tingkat penyimpangan yang tercatat hanya 0,00017 persen dari seluruh distribusi. Ia menegaskan, “Ini tidak membuat kita puas, tapi namanya usaha manusia yang demikian besar, yang belum pernah dilaksanakan, saya kira dalam sejarah dunia.”
(Sumber: https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-prabowo-target-82-juta-penerima-manfaat-makan-bergizi-gratis-akan-terwujud-bertahap/)
Tantangan yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan program MBG mendapat perhatian dari ahli gizi masyarakat DR. dr. Tan Shot Yen, M.Hum. Menurutnya, program ini hadir sebagai langkah penting yang keberhasilannya bergantung pada kolaborasi, inovasi, dan komitmen jangka panjang untuk investasi masa depan bangsa.
Dokter Tan meyakini bahwa ketidakcukupan pangan di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Dengan adanya program MBG, ia mengimbau semua pihak terkait untuk memahami tantangannya, belajar dari praktik global, dan bersama-sama mewujudkan keadilan gizi bagi masyarakat. Ia pun meyakini, terwujudnya Generasi Emas 2045 dimulai dari piring makan hari ini.
Pelaksanaan program MBG tentunya diharapkan bisa memastikan setiap individu mendapat asupan gizi optimal, guna mendukung tercapainya Indonesia Emas melalui generasi yang sehat dan berkualitas. Terkait tantangan yang sedang dihadapi pemerintah, dokter Tan menyampaikan solusi agar program ini berhasil sesuai harapan masyarakat.
Dokter Tan menyarankan, Badan Gizi Nasional (BGN), Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), dan semua yayasan yang menjadi stakeholder, harus segera menangani masalah yang saat ini terjadi dan bertanggung jawab terhadap semua orang yang sudah direkrut untuk menyukseskan program ini.
Selain itu, dokter Tan juga mengimbau mereka untuk menangani urusan eksternal yakni bekerja sama dengan dinas kesehatan, Puskesmas, BKKBN, Kementerian Desa, dan Tim Penggerak PKK, yang sudah memiliki kader sehingga masalah keracunan tidak terjadi lagi di wilayah mana pun.
“Saya ingin, SPPG yang alhamdulillah belum punya masalah, SPPG yang menunya selalu sesuai, itu kita jaga lalu jadikan mereka juara atau praktik baik. Moratorium itu berarti hanya untuk SPPG yang bermasalah,” tegasnya.
Dokter Tan mengingatkan, MBG adalah program berskala raksasa, bukan hanya menelan biaya fantastis, tetapi juga perlu dijamin keberlangsungan yang bebas kendala. Ia juga menekankan bahwa program ini seharusnya menerapkan “zero accident” sebagaimana dicananangkan Presiden Prabowo.
(Sumber: https://www.instagram.com/drtanshotyen/)




