BIMATA.ID, New York- Di sela Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-80, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 (G20 Foreign Ministers’ Meeting/FMM) ke-2 di New York pada 25 September 2025.
Dalam pidatonya, Menlu Sugiono menegaskan bahwa perdamaian adalah fondasi utama bagi pembangunan berkelanjutan. “Indonesia meyakini bahwa perdamaian adalah landasan utama bagi pembangunan berkelanjutan dan kerja sama yang berhasil, karena tanpa perdamaian agenda global kita bersama tidak mungkin tercapai,” tegasnya.
Menlu Sugiono menyoroti tantangan global yang saling terkait: perubahan iklim, kesenjangan yang melebar, ketidakamanan pangan dan energi, serta meningkatnya ketegangan geopolitik. Ia menekankan tidak ada satu negara pun yang mampu menghadapi tantangan tersebut sendirian.
“Kekuatan kita ada pada kerja sama, dialog, dan kemitraan,” ujar Menlu Sugiono.
BACA JUGA :Indonesia–Ekuador Tingkatkan Kemitraan Melalui Penandatanganan MoU Pelatihan Diplomatik
Menlu Sugiono juga menekankan pentingnya revitalisasi multilateralisme dengan berorientasi pada penguatan PBB yang lebih efektif, inklusif, dan mampu memberikan solusi nyata. Dalam konteks ini, Menlu Sugiono menegaskan bahwa G20 memiliki peran penting untuk mendukung inisiatif UN80 Sekretaris Jenderal PBB, terutama dalam meningkatkan efisiensi, memperkuat mandat, dan menyelaraskan agenda dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Menlu Sugiono menambahkan urgensi menjembatani kesenjangan pembiayaan SDGs melalui pendanaan inovatif, sekaligus mendorong reformasi Bank Pembangunan Multilateral agar lebih responsif terhadap kebutuhan negara berkembang.
“G20 harus menjadi motor penggerak untuk mengembalikan kepercayaan pada multilateralisme dan memastikan pembangunan yang berkeadilan bagi semua,” tutupnya.
Pertemuan G20 FMM ke-2 di New York berlangsung di bawah Presidensi G20 Afrika Selatan 2025 dengan tema “Solidarity, Equality, Sustainability”.
Presidensi Afrika Selatan menempatkan empat isu utama: penguatan kapasitas global menghadapi bencana dan pembiayaan pasca-bencana, reformasi sistem pemeringkatan kredit yang lebih adil, pendanaan transisi energi berkeadilan, serta pemanfaatan mineral kritis untuk pertumbuhan inklusif.
BACA JUGA: Diberikan Kesempatan Pidato di Sidang PBB, Prabowo: Indonesia Dihargai Pemimpin Dunia
