
BIMATA.ID, Jakarta – Pasar modal Indonesia mencatat sejarah baru. Pada perdagangan Jumat (15/8/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level psikologis 8.000 poin, bahkan sempat mencapai 8.011 — rekor tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI). Momen ini bertepatan dengan pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Kenaikan IHSG tersebut disebut sebagai buah dari kepercayaan investor terhadap kinerja pemerintahan Presiden Prabowo di sektor-sektor strategis. Optimisme pun merebak di kalangan pelaku pasar, menandakan pasar saham nasional semakin mendapat tempat di hati investor. “Jika IHSG mencapai 8.000 itu adalah kado dari investor untuk Indonesia. Kadonya berbentuk kepercayaan,” ujar Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik.
Baca Juga: Prabowo Peringatkan Elite Kaya: Jangan Semena-mena pada Rakyat!
Data perdagangan BEI menunjukkan, sehari sebelumnya (Kamis), IHSG naik 0,49% atau 38,34 poin hingga menyentuh 7.931,25. Pada Jumat, indeks bahkan sempat berada di 8.011 sebelum menutup perdagangan di 7.926,45, melampaui rekor resistance 7.910 yang tercatat 19 September 2024. Meski tren naik, analis mengingatkan bahwa arah IHSG masih dipengaruhi arus modal asing dan kinerja emiten yang belum sepenuhnya pulih.
Sejak awal pekan (11/8), IHSG telah menguat signifikan dari level 7.599, mencatat kenaikan sekitar 4,30% dalam sepekan. Secara bulanan, IHSG melonjak 11,01% — tertinggi di Asia Pasifik — dan secara tahunan naik 7,08%. Namun, Prasetya Gunadi, Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, memperkirakan indeks akan bertahan di kisaran 7.400 hingga akhir 2025, meski berpotensi menembus 8.120 secara likuiditas.
Kinerja emiten kuartal II/2025 menjadi faktor pembatas, dengan penurunan laba bersih inti agregat 5,9% YoY. Dari 40 perusahaan yang diamati, 45% sesuai ekspektasi, 40% meleset, dan hanya 15% melampaui perkiraan. Sektor perbankan, konsumsi, telekomunikasi, dan batu bara mengalami tekanan, sementara logam emas dan nikel menunjukkan hasil positif.
Dari sisi sentimen global, arus dana asing memang terbatas, tetapi meningkatnya partisipasi investor ritel membantu menopang indeks. “IHSG naik 8% secara bulanan pada Juli 2025 mengungguli pasar global, didorong oleh BREN, BRPT, dan CDIA, meski terjadi outflow asing Rp7,1 triliun,” ungkap Prasetya. Meredanya ketegangan perdagangan AS turut menjadi katalis positif, meski konsumsi domestik yang lesu tetap menjadi tantangan.
Simak Juga: 12 Persen Gaji Karyawan Habis Buat Transport, Gerindra Usul Desain Ulang Integrasi Moda Transportasi




