Prabowo dan Semangat Soekarno: Dua Pemimpin di Tengah Geopolitik yang Membara

BIMATA.ID, Jakarta – Sosok Prabowo Subianto yang merupakan Presiden Republik Indonesia menyita perhatian Dunia Internasional. Bahkan Prabowo kini mulai disandingkan dan digadang gadang sebagai reinkarnasi dari sosok Proklamator Republik Indonesia, Soekarno.
Dua sosok pemimpin Indonesia lintas generasi ini memiliki beberapa kesamaan dalam hal kepemimpinannya di Indonesia. Soekarno maupun Prabowo memimpin Indonesia disaat stabilitas Politik Dunia sedang dalam masa krisis.
Zaman Kepemimpinan Soekarno, Politik Dunia sedang bergejolak yang disebabkan dua kutub kekuatan Dunia sedang bersitegang. Amerika Serikat dengan sekutunya (Fakta NATO) terjebak konflik yang berkepanjangan dengan Uni Soviyet beserta sekutunya (Fakta Warsawa).
Dua negara adidaya ini terlibat drama panggung Cold War (Perang Dingin) dan masing masing memperkuat armada Militernya dalam persaingan merebut hegemoni global.
Baca juga: Semarak HUT ke-80 RI di Monas: UMKM Bagikan Kuliner Gratis, Hormat Buat Pak Prabowo!
Efek domino dari persaingan kedua negara adikuasa ini tentunya sangat besar karena mempengaruhi hubungan bilateral dan stabilitas keamanan dunia.
Perang Vietnam dan Korea adalah bagian dari imbas hegemoni Amerika Serikat maupun Uni Soviyet. Begitu pun Negara negara Eropa dan Amerika Latin masing masing menjaga wilayah teritorialnya.
Soekarno memahami peta Geopolitik ini mempengaruhi Negara negara belahan Dunia ketiga termasuk Indonesia.
Lihat juga: Tengah Malam, Prabowo Pimpin Ziarah dan Renungan Suci Kenang Jasa Para Pahlawan
Soekarno mulai mengkampanyekan akan hadirnya kekuatan penengah dan penyeimbang untuk membatasi ruang gerak dua kutub kekuatan global tersebut.
Soekarno kemudian menjadi salah satu penggagas Gerakan Non Blok bersama dengan Presiden Mesir (Gamal Abdul Naser), PM India (Jawaharlal Nehru), Kwame Nkrumah (Ghana) dan Joseph Broz Tito (Yugoslavia).
Gerakan Non Blok ini kemudian tercetuskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan secara resmi dideklarasikan dalam KTT Beograd, Yugoslavia pada bulan September 1961.
Simak juga: Tengah Malam, Prabowo Pimpin Ziarah dan Renungan Suci Kenang Jasa Para Pahlawan
Sosok Soekarno dalam pandangan dunia sangat diperhitungkan. Langkah langkah politiknya dianggap sebagai bagian dari skema meredam konflik antara Amerika Serikat dengan Uni Soviyet. Bahkan Soekarno dijuluki sebagai Macan Asia karena karakter Kepemimpinannya yang keras dan tidak ingin diintervensi oleh kekuatan mana pun.
Dalam term Kepemimpinan dalam negeri, Soekarno menginginkan agar Indonesia dapat menjadi Negara Mandiri. Hal ini dia narasikan dengan satu kalimat yang bersejarah yakni Berdikari yang merupakan akronim dari Berdiri Diatas Kaki Sendiri.
Walaupun dalam konteks ekonomi, di era Soekarno situasi ekonomi Indonesia begitu memprihatinkan, namun semangat Berdikari yang dicetuskan oleh Soekarno melambangkan Karakter Kebangsaan yang terbebas dari pengaruh ekonomi global yang ingin menguasai aset dan kekayaan Indonesia.
Selengkapnya: Prabowo Bangga: Upacara HUT ke-80 RI Berlangsung Tertib dan Penuh Semangat
Karakter Soekarno yang begitu keras dalam dimensi Kepemimpinan dan juga Ke-Indonesiaan hingga kini masih menjadi bagian dari spirit perjuangan Bangsa Indonesia untuk mewujudkan Cita Indonesia yang termaktub pada UUD NKRI dan juga Pancasila.
Lantas bagaimana dengan Prabowo Subianto?? Apakah catatan kecilnya dalam konsepsi “Paradoks Indonesia dan Solusinya” menjadi jawaban akan Kepemimpinan Prabowo itu sendiri?
Tentunya masih terlalu dini menilai Kepemimpinan Prabowo Subianto di Indonesia. Namun, beberapa langkah taktis yang dilakukannya seolah menggambarkan bahwa sosok Prabowo Subianto layak untuk disandingkan dengan Pemimpin besar seperti Soekarno.
Cek juga: DPR Apresiasi Pidato Presiden Prabowo Pastikan Keberpihakan Pada Rakyat
Era Kepemimpinan Prabowo Subianto, Politik Dunia juga sedang dalam situasi yang menegangkan. Konflik antara dua kutub besar yakni Amerika Serikat sebagai Pemimpin NATO melawan Tiongkok dan Rusia sebagai bagian dari pencetus BRICS mewarnai situasi Dunia yang penuh ketidak pastian.
Amerika Serikat terlibat Perang Dagang dengan Tiongkok yang sekarang ini muncul sebagai salah satu poros kekuatan Ekonomi Global. Disisi lain, Amerika Serikat juga terjebak konflik Psy War dengan Rusia yang sedang berkonflik dengan Ukraina di kawasan Eropa Timur.
Prabowo Subianto memahami peta catur Geopolitik ini dan kemudian melakukan berbagai manuver Politik untuk menegaskan bahwa Indonesia masih berada pada poros tengah dan menegasikan berbagai informasi yang menganggap bahwa Indonesia telah tergabung dengan salah satu kekuatan blok Dunia.
Sebelumnya: Sejarah Baru Pasar Modal: IHSG Sentuh 8.011 Saat Pidato Prabowo
Prabowo Subianto menjalin kerjasama dengan Tiongkok dan juga Rusia dengan ikut bergabung dalam BRICS. Disisi lain, Prabowo Subianto menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat dan Negara negara NATO lewat lawatan atau kunjungannya ke Amerika Serikat maupun Negara negara Uni Eropa yang merupakan bagian dari NATO.
Prabowo Subianto bahkan berhasil meyakinkan Amerika Serikat untuk menurunkan tarif dagangnya terhadap Indonesia yang semula 32 persen menjadi 19 persen.
Sementara itu, tarif dagang dengan Uni Eropa menjadi nol persen setelah adanya kesepakatan antara Indonesia dengan Uni Eropa dalam Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Prabowo Subianto bahkan mengajak Dunia untuk meredakan tensi Politik seperti yang dilakukannya dalam menyikapi situasi di Kawasan Mediterania dan Timur Tengah.
Prabowo Subianto memahami dampak konflik di kawasan tersebut akan berdampak sistemik dan akan berakhir pada resesi bahkan sampai pada titik Depresi Ekonomi jika tidak segera diselesaikan.
Dalam hal Kepemimpinan Dalam Negeri, Prabowo Subianto mulai memainkan irama catur politiknya dengan mengawasi langsung kinerja bawahannya. Dalam waktu singkat, berbagai mega skandal mulai terendus dan nampak. Kasus mega korupsi di Pertamina, kasus jutaan hektar kelapa sawit ilegal serta kasus kasus lainnya kini terungkap.
Prabowo pun mulai menerapkan Asta Cita yang menjadi slogan Kepemimpinannya di Indonesia. Peningkatan kualitas SDM yang dimulai dengan program MBG (Makan Bergizi Gratis) adalah pondasi dan kerangka logis dalam meningkatkan kemampuan pelajar sebagai generasi pelanjut bangsa.
Selain itu, Hilirisasi industri dan juga membangun desa dengan program Koperasi Merah Putih sebagai bagian dari pemerataan Ekonomi dan juga kesejahteraan masyarakat menjadi program utama dalam Kepemimpinan Prabowo Subianto.
Sosok Prabowo Subianto sedikit banyaknya mengingatkan kita pada sosok Soekarno. Ketegasan, karakter dan sikap yang ditunjukkan kedua Pemimpin Indonesia lintas generasi ini mengingatkan kita pada sebuah untaian kalimat “Sejarah Yang Terulang”.
Next, kita tunggu gebrakan Prabowo Subianto selanjutnya dan misi sunyi yang menjadi bagian dari Gerakan Perubahan untuk Indonesia yang Maju, Berdaulat, Adil dan Makmur.




