BIMATA.ID, Cilegon – Anak buah Presiden Prabowo sekaligus anggota Komisi VII DPR RI, Kardaya Warnika, menegaskan pentingnya kepastian pasokan energi dan bahan baku bagi industri petrokimia nasional, khususnya PT Chandra Asri.
Hal itu ia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja spesifik ke pabrik petrokimia terbesar di Indonesia tersebut di Cilegon, Banten.
Dalam kunjungannya, Kardaya menyoroti dua persoalan utama yang dihadapi Chandra Asri, yakni ketersediaan bahan baku nafta serta energi gas yang semakin terbatas.
Menurutnya, dua faktor tersebut sangat menentukan kelangsungan operasional perusahaan sekaligus daya saing industri nasional.
“Nafta harganya sangat tergantung pada minyak mentah dunia. Jika ada gejolak geopolitik, misalnya penutupan Selat Hormuz oleh Iran, harga bisa melonjak dua kali lipat,” ujar Kardaya.
Dirinya menilai, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk mengurangi ketergantungan impor dengan memanfaatkan potensi kondensat dalam negeri.
Kondensat yang dihasilkan di Tuban Petrochemical Industries (TPPI) bisa diproses menjadi nafta dan dipasok untuk kebutuhan Chandra Asri.
“Di TPPI kondensat bisa diproses menjadi nafta. Chandra Asri belum punya fasilitas itu, padahal peluangnya besar. Ini harus segera dimanfaatkan agar industri tidak terus bergantung pada harga global,” jelasnya.
Selain persoalan bahan baku, Kardaya juga menyoroti aspek energi, terutama pasokan gas dari Sumatera Selatan yang selama ini menjadi andalan.
Ia mengingatkan bahwa cadangan gas terus menurun dan tidak bisa diperbarui.
“Gas itu makin lama makin berkurang, karena tidak bisa diperbarui. Jalan tercepat adalah impor Liquefied Natural Gas (LNG) dan membangun terminal penerimaan di kawasan industri. Tanpa itu, suplai akan terus jadi masalah,” tegasnya.
Kardaya menambahkan, bila pasokan gas dan nafta terganggu, maka operasional Chandra Asri akan terancam.
Hal ini bukan hanya berdampak pada perusahaan, tetapi juga terhadap rantai pasok industri nasional yang mengandalkan produk turunan petrokimia.
“Produk turunannya seperti plastik dan kain sangat vital. Bayangkan jika industri ini terhenti, maka sektor manufaktur lain ikut terguncang. Karena itu, pemerintah harus hadir dengan solusi yang konkret,” tegas politisi Gerindra tersebut.
Ia memastikan Komisi VII DPR RI siap mendorong pemerintah untuk mengambil langkah strategis, mulai dari pemanfaatan kondensat dalam negeri hingga percepatan pembangunan infrastruktur LNG, agar ketahanan energi dan bahan baku industri petrokimia tetap terjaga.
