Legislator Gerindra Rokhmat Ardiyan Gaungkan Gerakan Peduli Lingkungan di Kuningan

BIMATA.ID, Kuningan – Komitmen terhadap pelestarian lingkungan kembali digaungkan oleh Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, H Rokhmat Ardiyan (HRA).

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan yang digelar di Kabupaten Kuningan bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya, Kamis (31/07).

Dalam forum tersebut, Rokhmat menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menjaga keberlanjutan alam, khususnya di wilayah Kuningan dan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.

“Memang darah saya ini darah pecinta lingkungan. Sejak muda saya sudah mendaki gunung, dari Sumbing, Sindoro, hingga Ciremai. Kini saat dipercaya membidangi lingkungan di DPR RI, ini jadi amanah yang harus saya perjuangkan,” ujar HRA sapaan yang juga tercatat sebagai anggota komunitas pecinta alam AKAR (Aktivitas Anak Rimba).

HRA mendorong penerapan pendekatan Pentahelix dalam pelestarian lingkungan—yakni sinergi antara pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media.

“Seperti halnya Gunung Ciremai yang memberi kehidupan dari air, udara, dan keanekaragaman hayatinya, maka sudah sepatutnya kita jaga bersama-sama,” tambah suami dari Hj Dian Marina Puspita (DMP).

Ia juga menyoroti fakta bahwa luas kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai hanya sekitar 15 ribu hektare—jauh lebih kecil dibanding taman nasional lain di Indonesia seperti Lorentz di Papua (2 juta hektare) atau Gunung Leuser di Aceh (1 juta hektare).

“Karena itu, kita harus jaga betul kawasan kecil ini agar tetap memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” katanya.

HRA menyoroti persoalan krusial di Kuningan, salah satunya terkait pengelolaan sampah. Ia menyebutkan bahwa dari 200 ton sampah yang dihasilkan setiap hari, hanya sekitar 100 ton yang bisa diangkut.

Sisanya dibakar, dibuang sembarangan, atau diolah seadanya.

“Ini sudah saya sampaikan dalam rapat dengan kementerian. Kita perlu membangun Tempat Pengolahan Sampah (TPS) yang lebih modern dan mampu mengolah sampah menjadi energi atau manfaat lain bagi masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, HRA juga mengangkat isu kebutuhan air bersih di sejumlah desa seperti Pajambon, Gandasoli, Sukamukti, dan Cisantana.
Menurutnya, masyarakat masih kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari maupun usaha kecil.

“Air bersih bukan kemewahan, tapi kebutuhan dasar. Ini harus jadi prioritas,” tegasnya.

Dorong Budidaya Maggot dan Produksi Susu Lokal

Dalam upaya mendorong solusi ramah lingkungan, HRA juga mempromosikan pengembangan budidaya maggot (larva lalat BSF) sebagai metode pengolahan sampah organik.

“Program ini sudah mulai berjalan, tapi perlu pendampingan dan riset lebih dalam agar benar-benar efektif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Tak hanya itu, HRA juga menyoroti peluang sektor peternakan, khususnya produksi susu sapi lokal.

Dengan konsumsi susu mencapai 30 ton per bulan, sementara produksi lokal baru 20 ton, ia mendorong peningkatan produksi yang tetap memperhatikan aspek pengelolaan limbah.

“Limbah ternak pun harus dimanfaatkan dengan bijak, seperti melalui program biogas,” imbuhnya.

Komitmen Nyata, Bukan Sekadar Seremonial

Menutup pernyataannya, HRA menegaskan bahwa seluruh gerakan lingkungan yang digagasnya berpijak pada semangat kebangsaan.

“Kita semua merah putih, kita semua NKRI. Gerakan lingkungan harus nyata, bukan sekadar seremonial. Saya akan undang kembali Menteri Lingkungan Hidup untuk turun langsung melihat potensi dan kebutuhan di Kuningan,” pungkasnya.

Exit mobile version