BeritaEkonomiNasional

Kementerian Ekonomi Kreatif Dorong Film Lokal Tembus Pasar Asia Tenggara

BIMATA.ID, Jakarta – Kementerian Ekonomi Kreatif terus mendorong pengembangan industri film nasional melalui Program Akselerasi Kreatif (AKTIF) subsektor film.

Salah satu fokus utama program ini adalah membuka akses ke pasar dan jalur distribusi film Asia Tenggara, sebagai bentuk konkret memperluas eksistensi film lokal di kancah internasional.

Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menyatakan bahwa program ini merupakan wujud nyata kolaborasi hexahelix antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, komunitas, media, dan investor.

Ia menekankan bahwa peran media sebagai mitra strategis sangat krusial dalam mendukung pertumbuhan film sebagai salah satu medium ekspresi kreatif unggulan.

“Ekonomi kreatif tidak hanya lahir dari ide, tetapi bertumbuh dari kolaborasi. Film sebagai medium ekspresi kreatif harus dikembangkan dengan dukungan nyata dari ekosistem, termasuk media,” ujar Riefky, Kamis (07/08/2025).

Menurutnya, banyak karya sineas lokal yang memiliki kualitas dan potensi besar untuk bersaing di pasar nasional maupun internasional. Program AKTIF diharapkan menjadi jembatan yang membawa film-film lokal menembus batas distribusi yang selama ini terbatas.

Selama Juni 2025, Program AKTIF telah melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari kurasi, pelatihan, hingga distribusi dan promosi. Kegiatan ini menggandeng Indonesia Digital Media Institute (Indepark Institute), unit pendidikan dari Emtek Group, dengan melibatkan mentor profesional dari industri media digital.

Sebanyak delapan karya terpilih dari program ini akan ditayangkan secara eksklusif di platform streaming Vidio. Penayangan tersebut akan diperkuat dengan promosi digital oleh unit bisnis Emtek Digital (EMD), yang menjangkau jutaan audiens di seluruh Indonesia.

Beberapa film lokal yang sudah tersedia di Vidio.com antara lain “Gadis dan Penatu”, “Noda-Noda Seragam”, serta “Wong Telu”. Tayangan-tayangan ini menjadi bukti bahwa film pendek dan cerita lokal dapat memiliki tempat di platform digital nasional yang memiliki jangkauan luas.

Kementerian dan Emtek juga menegaskan bahwa skema monetisasi konten dilakukan secara transparan dan adil, dengan pembagian pendapatan yang proporsional bagi para kreator. Hal ini menjadi langkah penting untuk menjaga keberlanjutan dan kepercayaan dalam ekosistem industri kreatif.

“Subsektor film adalah wajah budaya sekaligus tulang punggung ekonomi kreatif ke depan. Lewat program ini, kami dorong lebih banyak karya yang tak hanya ditonton, tapi juga menjadi penggerak ekonomi baru dari sektor kreatif,” tutup Teuku Riefky.

Related Articles

Bimata