BIMATA.ID, Ambon – Keberhasilan pala asal Maluku menembus pasar ekspor Eropa menjadi bukti bahwa rempah Indonesia memiliki daya saing tinggi di tingkat global.
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan mendorong hilirisasi rempah sebagai strategi utama untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat posisi Indonesia di pasar dunia.
Salah satu contoh nyata pelaku usaha yang berhasil mengembangkan rempah berstandar ekspor adalah PT. Kabong Tanipala Maluku (KTM), eksportir unggulan asal Maluku yang rutin mengirimkan pala berkualitas tinggi ke pasar internasional.
Diketahui, perusahaan ini dikenal sebagai eksportir berbagai hasil rempah, seperti cengkeh, minyak kayu putih, tepung sagu, dan kenari, dengan pala sebagai komoditas andalan.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan, Abdul Roni Angkat menjelaskan, bahwa komoditas utama yang diekspor mencakup pala berkualitas tinggi dalam kategori Pala ABCD, Pala Shrivels, dan Mace Broken (bunga pala). Produk-produk tersebut telah berhasil menembus pasar Uni Eropa, khususnya Belanda, yang dikenal memiliki standar mutu dan keamanan pangan yang sangat ketat.
“Komoditas pala memiliki nilai ekonomi tinggi, namun untuk bisa bersaing di pasar ekspor, kita harus memastikan penanganannya dilakukan secara menyeluruh dari hulu hingga hilir. Mulai dari budidaya, panen, hingga pasca panen harus memenuhi standar mutu,” jelas Abdul Roni Angkat.
Lihat juga: Presiden Prabowo Kumpulkan Petinggi TNI dan Menteri di Hambalang, Bahas Pertahanan dan Stabilitas Nasional
Sebagai informasi, PT. KTM telah mengekspor lebih dari 50 ton rempah-rempah ke pasar internasional. Pada pengiriman terbaru di Agustus 2025, sebanyak 9,5 ton pala berkualitas tinggi berhasil diekspor ke Belanda. Produk ini bahkan memperoleh predikat High Premium Quality setelah melalui uji laboratorium di Eropa, menandakan bahwa pala Maluku mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain.
