PendidikanBeritaNasionalUmum

Tanamkan Nilai Anti-Perundungan, SRMA 10 Margaguna Terapkan MPLS Bermuatan Empati

BIMATA.ID, Jakarta – Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Margaguna, Jakarta Selatan, menanamkan perilaku anti perundungan (bullying) kepada para siswa sejak hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Langkah ini menjadi bagian dari upaya membangun budaya sekolah yang ramah, inklusif, dan kolaboratif.

“Menteri Sosial juga menyoroti penekanan anti ‘bullying’ di Sekolah Rakyat,” kata Kepala SRMA 10 Jakarta Selatan, Ratu Mulyanengsih.

Ia menjelaskan bahwa nilai-nilai kebersamaan dan kesetaraan menjadi inti dari kegiatan pengenalan awal siswa.

Sekolah Rakyat memiliki keunikan tersendiri karena menerima siswa berusia 15 hingga 21 tahun, termasuk mereka yang sempat putus sekolah.

Perbedaan usia dan latar belakang pengalaman menjadikan pentingnya penguatan interaksi sosial yang sehat antar peserta didik.

“Yang paling sulit itu biasanya soal merokok, tapi setidaknya, kami sudah siapkan program ‘no bullying’ sejak awal,” ujarnya.

Menurut Ratu, perundungan sering kali bermula dari canda yang berubah menjadi ejekan hingga interaksi negatif usai sekolah.

Untuk mencegahnya, sekolah menerapkan pendekatan religius dan moral, salah satunya dengan salat berjamaah yang disertai pesan-pesan etika.

Kegiatan ini bertujuan membentuk kedisiplinan sekaligus mempererat ikatan antarsiswa.

Selain itu, setiap pagi siswa mengikuti program *storytelling* di mana mereka bercerita tentang diri, cita-cita, hingga masa depan.

“Mudah-mudahan dengan cara seperti itu, pemikiran mereka sibuk dengan hal-hal positif. Kalau sudah sibuk, maka *bullying* itu tidak dipikirkan,” tuturnya.

Dengan pendekatan yang lebih luwes dibanding sekolah formal, SRMA mengedepankan kolaborasi dan empati antarindividu.

“Kami ingin semua tumbuh bersama, semua setara,” tambahnya.

Filosofi ini menjadi pondasi penting dalam membangun kultur pendidikan yang inklusif.

SRMA 10 Margaguna berdiri di atas lahan seluas lebih dari 4 hektare dalam lingkungan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof).

Fasilitas lengkap seperti perpustakaan, gym, studio musik, dan lapangan olahraga disediakan secara gratis untuk mendukung semangat belajar siswa.

Sebanyak 100 siswa angkatan pertama diterima, terdiri dari 56 laki-laki dan 44 perempuan, dengan fasilitas asrama empat orang per kamar.

Sekolah Rakyat merupakan inisiatif Presiden Prabowo Subianto, sebagai bentuk afirmasi negara dalam menyediakan akses pendidikan layak bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.

Related Articles

Bimata