BIMATA.ID, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menunjukkan kinerja yang tetap stabil sepanjang enam bulan pertama tahun 2025. Melalui strategi penguatan likuiditas dan manajemen aset yang berkelanjutan, BNI mampu menjaga momentum pertumbuhan, terutama dari dana murah (CASA) yang diperkuat oleh digitalisasi yang terus bertransformasi.
Wakil Direktur Utama BNI, Alexandra Askandar, mengungkapkan bahwa perseroan tetap kokoh di tengah kondisi ekonomi makro yang stabil dan proses transisi pemerintahan yang berjalan mulus. “Kami melihat penguatan CASA dan kualitas aset sebagai pilar utama untuk memperkuat kapasitas ekspansi kredit di semester kedua,” kata Alexandra, yang akrab disapa Xandra.
Menurut Xandra, BNI akan terus memprioritaskan penyaluran kredit ke sektor-sektor produktif seperti pertanian, industri makanan dan minuman, telekomunikasi, serta infrastruktur dan UMKM. Total kredit yang disalurkan hingga akhir Juni 2025 meningkat 7,1% (YoY) menjadi Rp778,7 triliun.
Baca Juga: Terkesan dengan Kepemimpinan Prabowo, Bos Forbes Sorot Kenaikan Produksi Pertanian
Pertumbuhan tertinggi terjadi di kredit korporasi yang naik 10,4% YoY menjadi Rp435,8 triliun, mencerminkan dukungan kuat dari swasta, BUMN, dan institusi pemerintahan. Kredit ke sektor swasta mencapai Rp314,6 triliun, naik 11,1%, sementara ke BUMN tumbuh 8,7% menjadi Rp121,2 triliun.
Sektor konsumer turut menunjukkan tren positif dengan peningkatan 10,7% YoY menjadi Rp147 triliun. Kenaikan terutama ditopang oleh lonjakan kredit personal loan sebesar 11,7% menjadi Rp60,1 triliun dan KPR naik 9,9% ke angka Rp68,4 triliun.
Kredit UMKM non-KUR naik 9,2% YoY menjadi Rp44,4 triliun, menandai pemulihan yang terus berlanjut. Selain itu, kredit komersial tumbuh 5,5% dan anak usaha BNI mencatat lonjakan pembiayaan sebesar 27,1% YoY menjadi Rp17,2 triliun, berkat sinergi yang kian solid dalam grup usaha.
Anak usaha hibank mencatatkan pertumbuhan impresif hingga 31% YoY di segmen komersial dan SME berbasis digital. Kualitas aset terjaga dengan baik, ditandai oleh rasio Non-Performing Loan (NPL) di bawah 1%, stabil dibanding tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, kualitas aset BNI membaik signifikan. NPL berada di angka 1,9%, Loan at Risk (LAR) turun menjadi 11,0%, dan Cost of Credit (CoC) tetap rendah di level 1%. Ini mencerminkan keberhasilan strategi penyaluran kredit ke sektor berisiko rendah.
Kinerja keuangan BNI juga memperlihatkan hasil yang positif, dengan laba bersih konsolidasi mencapai Rp10,1 triliun pada semester I 2025. “Capaian ini mencerminkan ketangguhan model bisnis BNI dalam menjaga profitabilitas yang sehat di tengah upaya memperkuat kualitas portofolio,” tegas Alexandra.
Dari sisi pendanaan, BNI berhasil mencatat peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 16,5% YoY menjadi Rp900 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan CASA sebesar 18,7% menjadi Rp647,6 triliun. Rasio CASA pun naik ke level 72% dari sebelumnya 70,7%.
Direktur Keuangan & Strategi BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena, menuturkan bahwa strategi transformasi digital menjadi kunci dalam mendorong struktur pendanaan yang lebih kuat. Salah satunya melalui platform wondr by BNI, yang melesat dari 1 juta pengguna di Juli 2024 menjadi 8,6 juta per Juni 2025.
Transaksi melalui wondr melonjak 16 kali lipat menjadi Rp649 triliun dengan total 702 juta transaksi. Kanal mobile banking BNI menyumbang Rp1.188 triliun transaksi, naik 68% YoY. Di sisi lain, BNIdirect mencatat pertumbuhan nilai transaksi 31,1% menjadi Rp5.246 triliun, dengan volume transaksi naik 22,1% YoY.
Rasio likuiditas dan permodalan juga dijaga pada level optimal. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat di angka 86,2%, sementara LCR dan NSFR masing-masing mencapai 144,2% dan 143%. Capital Adequacy Ratio (CAR) menguat menjadi 21,1%, memperkokoh ruang ekspansi.
Tak hanya fokus pada profitabilitas, BNI juga menunjukkan komitmen kuat pada agenda keberlanjutan. Direktur Manajemen Risiko David Pirzada menyebut, “Peningkatan peringkat ESG MSCI dari BBB ke A mencerminkan integrasi prinsip keberlanjutan dalam strategi kami.”
BNI telah menyalurkan pembiayaan hijau senilai Rp74 triliun hingga Juni 2025, meningkat lebih dari 20% dalam empat tahun terakhir. Sementara itu, pembiayaan Sustainability Linked Loan (SLL) mencapai US$352 juta atau sekitar Rp5,74 triliun.
David menambahkan, “BNI menargetkan Net Zero Emission operasional pada 2028 dan pembiayaan pada 2060. Kami juga aktif mendorong debitur agar menerapkan praktik ESG dalam kegiatan usahanya.”
Dengan struktur pendanaan yang solid, digitalisasi yang agresif, serta komitmen terhadap keberlanjutan, BNI menatap optimis semester kedua 2025 sebagai momentum percepatan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Simak Juga: Anggota Dewan Gerindra Tina Wiryawati Gelar Roadshow Pengobatan Gratis di Cimerak Pangandaran
