Kesepakatan Dagang UE-AS Angkat Harapan Rupiah, Risiko The Fed Masih Membayangi

BIMATA.ID, Jakarta – Nilai tukar rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring optimisme pasar menyusul kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa (UE) dan AS.
Hal tersebut disampaikan oleh analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, di Jakarta, Senin (28/07/2025).
“Kesepakatan antara Uni Eropa dan AS memberikan sentimen positif bagi pasar global, termasuk Indonesia. Rupiah bisa menguat dalam jangka pendek. Namun, potensi penguatannya terbatas karena ada kekhawatiran soal sikap hawkish The Fed dalam pertemuan FOMC pekan ini,” ujar Lukman.
Kesepakatan strategis antara UE dan AS yang dikutip dari Sputnik mencakup penghapusan tarif (tarif nol banding nol) untuk sejumlah produk penting seperti pesawat dan komponennya, bahan baku kritis, semikonduktor, hingga obat-obatan generik.
Kesepakatan ini dinilai dapat memicu arus perdagangan global yang lebih terbuka.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut UE juga akan membeli gas alam cair, minyak bumi, dan bahan bakar nuklir dari AS dalam jumlah besar.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi diversifikasi energi sekaligus memperkuat ketahanan energi Eropa di tengah ketidakpastian global.
“Total nilai energi yang akan diimpor dari AS diperkirakan mencapai 750 miliar dolar AS dalam tiga tahun ke depan,” jelas von der Leyen.
Ini berarti nilai transaksi energi per tahunnya bisa mencapai sekitar 250 miliar dolar AS.
Namun, di tengah sentimen positif dari sisi global, potensi tekanan terhadap rupiah tetap besar.
Pasar masih mencermati kemungkinan bank sentral AS tidak akan memangkas suku bunga dan justru memperkuat retorika kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan inflasi.
Data ekonomi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat seperti Nonfarm Payrolls (NFP), Personal Consumption Expenditures (PCE), dan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II diprediksi menunjukkan penguatan, yang bisa mendorong dolar AS lebih tinggi lagi terhadap mata uang global.
Dengan kondisi tersebut, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.250 hingga Rp16.400 per dolar AS sepanjang pekan ini.
Pergerakan rupiah akan sangat dipengaruhi sentimen global, terutama dari arah kebijakan The Fed.
Pada pembukaan perdagangan Senin pagi, rupiah dibuka melemah tipis sebesar 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.329 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.320.
Pelaku pasar kini menunggu hasil rapat FOMC dan rilis data ekonomi AS untuk menentukan arah selanjutnya.




