BeritaHukumInternasionalNasional

Presiden Prabowo Singgung Potensi Perang Dunia III Jelang Memanasnya Konflik Israel-Iran

BIMATA.ID, Bogor – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sempat mengingatkan bahaya potensi Perang Dunia Ketiga jauh sebelum meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Iran.

Peringatan tersebut ia sampaikan saat bertemu sejumlah pemimpin redaksi media di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor.

“Persaingan hegemoni yang sangat berbahaya bisa memicu Perang Dunia Ketiga,” kata Presiden Prabowo.

Ia menilai ketegangan antara kekuatan besar dunia dapat memicu krisis global berskala besar.

Presiden Prabowo menjelaskan bahwa perkembangan situasi global terus dia pantau secara intensif.

Menurutnya, potensi konfrontasi antara Amerika Serikat dan Iran, serta peringatan keras dari Rusia, menjadi indikator kuat bahwa dunia sedang berada dalam masa yang sangat genting.

“Ini tidak main-main. Kita pelajari tiap malam. Saya lihat, ini masa yang sangat berbahaya. Amerika siap menyerang Iran. Rusia mengatakan, ‘Jangan serang Iran. Kalau serang Iran, berarti berhadapan dengan saya, Rusia.’ Masalah Iran nanti bisa memicu Perang Dunia Ketiga,” ujarnya.

Peringatan tersebut menjadi relevan setelah beberapa pekan kemudian ketegangan kawasan Timur Tengah meningkat drastis.

Pada Jumat, 13 Juni 2025, Israel meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir Natanz milik Iran, yang langsung memicu reaksi keras dari Teheran.

Serangan tersebut memicu kekhawatiran komunitas internasional, karena dianggap dapat memicu konflik berskala lebih luas dan melibatkan kekuatan militer besar dunia, termasuk Rusia dan Amerika Serikat yang memiliki kepentingan strategis di wilayah tersebut.

Pernyataan Prabowo mencerminkan keprihatinan mendalam atas ketidakstabilan geopolitik global yang bisa berdampak pada keamanan dan perdamaian internasional, termasuk bagi kawasan Asia Tenggara.

Sebagai Presiden RI, Prabowo juga menegaskan pentingnya diplomasi aktif dan kebijakan luar negeri yang waspada serta berimbang dalam menghadapi dinamika politik global yang semakin tidak menentu.

Related Articles

Bimata