BIMATA.ID, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah diplomasi yang dianggap berani dan penuh perhitungan dengan memilih memenuhi undangan Presiden Vladimir Putin di Rusia ketimbang hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada. Keputusan ini menuai sorotan dan dinilai sebagai langkah strategis dalam menjaga kepentingan nasional serta posisi Indonesia di panggung global.
Langkah tersebut mencerminkan komitmen Indonesia pada prinsip politik luar negeri bebas aktif, serta keinginan untuk menjaga keseimbangan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Menjaga Netralitas dan Arah Diplomasi Bebas Aktif
Kehadiran di forum G7 yang didominasi negara-negara Barat dapat menimbulkan kesan bahwa Indonesia berpihak pada satu blok kekuatan. Dengan memilih hadir di Rusia, Prabowo menunjukkan sikap tegas bahwa Indonesia tetap konsisten pada posisi non-blok dan menjaga independensi diplomasi.
Forum Rusia: Ruang Lebih Luas untuk Suara Palestina
Selain pertimbangan geopolitik, kunjungan ke Rusia memberikan ruang lebih besar bagi Indonesia untuk menyuarakan dukungan terhadap rakyat Palestina. Dalam forum bilateral dengan Rusia, Prabowo diperkirakan akan menekankan pentingnya penyelesaian damai di Gaza—sesuatu yang sulit diperoleh secara terbuka di forum G7 yang cenderung berpihak pada Israel.
Baca Juga: Dukung Visi Prabowo, Menteri PU Tegaskan Strategi PU608 Siap Tekan ICOR
Hubungan Bilateral yang Lebih Bernilai
Di Rusia, Indonesia hadir bukan sebagai pengamat, tetapi sebagai tamu utama. Ini membuka peluang kerja sama konkret, khususnya dalam sektor strategis seperti pertahanan, energi, dan ketahanan pangan. Situasi ini sangat berbeda dengan G7, di mana Indonesia hanya berstatus sebagai negara tamu dan tidak memiliki posisi tawar yang sama kuatnya.
Sikap Mandiri di Tengah Polarisasi Global
Ketidakhadiran Presiden Prabowo di KTT G7 bukanlah bentuk pengabaian terhadap kerja sama internasional, melainkan penegasan bahwa Indonesia tidak ingin terjebak dalam polarisasi geopolitik. Indonesia justru mengambil peran sebagai jembatan (bridge-builder) yang dapat menjembatani perbedaan antara blok Barat dan Timur.
Perluasan Aliansi Global Selatan
Langkah Prabowo juga dipandang sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperluas hubungan dengan kekuatan non-Barat, seperti Rusia, Tiongkok, India, dan negara-negara Global South lainnya. Hal ini dilakukan bukan untuk berseberangan dengan G7, melainkan untuk menunjukkan pentingnya kerja sama multipolar yang lebih inklusif dan adil.
Kepemimpinan dengan Arah Jelas
Kehadiran di Rusia menandakan bahwa diplomasi Indonesia tidak semata-mata bersifat simbolik, tetapi diarahkan pada tujuan strategis yang konkret. Presiden Prabowo dinilai memiliki kejelian membaca arah perkembangan dunia dan keberanian mengambil keputusan yang tidak populer demi kepentingan nasional.
Lihat Juga: Wujudkan Swasembada Pangan, Legislator Gerindra Serahkan Bantuan Alsintan di Cianjur
