Pengamat: Serangan AS ke Iran Bisa Picu Konflik Global

BIMATA.ID, Jakarta – Pengamat Timur Tengah dari Universitas Ibnu Chaldun, Ezza Habsyi, memperingatkan bahwa serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran berpotensi menyulut krisis regional menjadi konflik global.

Menurutnya, hal ini bukan hanya eskalasi militer biasa, melainkan bisa menjadi pemicu perang besar di kawasan.

Ezza menjelaskan bahwa posisi Iran saat ini membuat balasan militer bukan sekadar kemungkinan, melainkan sudah menjadi keniscayaan politik.

Dalam doktrin strategis Iran, serangan terhadap fasilitas nuklir dianggap sebagai deklarasi perang.

“Dalam doktrin strategisnya, serangan terhadap infrastruktur nuklir adalah deklarasi perang,” ujar Ezza.

Ia juga menyebutkan bahwa kehadiran pangkalan militer AS di Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Yordania kini menjadi sasaran potensial jika konflik memanas.

Baca Juga : Prabowo Pilih Rusia, Bukan G7: Langkah Diplomasi Strategis dan Mandiri

Iran sendiri telah meningkatkan kesiagaan militernya di Selat Hormuz, jalur penting bagi ekspor minyak global.

Ezza menilai jika jalur tersebut ditutup, dampaknya akan sangat luas.

“Bukan hanya Tel Aviv yang akan terbakar, tetapi seluruh pasar global akan terguncang oleh lonjakan harga energi, inflasi, dan kepanikan finansial,” tegasnya.

Selain itu, Ezza mengingatkan tentang keberadaan “arsitektur poros resistensi” yang mencakup Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak dan Suriah, hingga kelompok Houthi di Yaman.

Kelompok-kelompok ini, menurutnya, dapat menjadi alat pukul Iran terhadap kepentingan AS dan Israel.

Ia menekankan bahwa keterlibatan langsung AS dalam menyerang situs nuklir Iran sangat berpotensi memicu eskalasi besar-besaran di Timur Tengah.

Simak Juga : Kunjungan Kenegaraan, Menhan Sjafrie Dampingi Presiden Prabowo ke Rusia

Bahkan, menurutnya, tidak menutup kemungkinan munculnya skenario perang dunia jika konflik tak kunjung diredam.

“Perang dunia bukan tidak mungkin, tetapi masih berada dalam kerangka skenario terburuk dan akan sangat bergantung pada langkah selanjutnya dari Rusia dan Tiongkok,” pungkasnya.

Exit mobile version